FOOTBALL265.COM - Penampilan gemilang pasangan ganda campuran Praveen/Melati di beberapa turnamen, membuat mereka diharapkan mampu menjadi suksesor Tontowi/Liliyana. Namun apakah layak?
Kualitas sektor ganda campuran Indonesia di dunia bulutangkis saat ini tengah meroket, berkat penampilan gemilangan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di beberapa turnamen.
Dalam tiga ajang terakhir yang diikuti, Korea Open 2019, Denmark Open 2019 dan French Open 2019, Praveen/Melati berhasil menembus final dua kali, salah satunya bahkan keluar sebagai juara.
Yang pertama Denmark Open 2019, Praveen/Melati sukses melaju ke partai puncak usai mengalahkan pasangan China Taipei, Wang Chi-Lin/Cheng Chi Ya di babak semifinal dengan skor 21-12, 21-12.
Di final, Praveen/Melati mampu mengatasi perlawanan ganda campuran China, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping, dengan skor 21-18, 18-21 dan 21-19. Hasil tersebut membuat mereka berhak menggondol gelar juara.
Nasib baik itu berlanjut ke turnamen selanjutnya, French Open 2019. Praveen/Melati berhasil melaju ke final usai mengalahkan pasangan Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock dengan skor 21-19, 21-12.
Di final, Praveen/Melati akan berhadapan dengan wakil China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong pada hari ini, Minggu (27/10/19) pukul 19:45 WIB.
Sedangkan untuk di Korea Open 2019, Praveen/Melati gagal meraih hasil maksimal, karena langkahnya terhenti di babak perempatfinal setelah dikalahkan Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dengan skor 21-8, 21-10.
Pencapaian itu tentunya cukup membuat publik Indonesia, khususnya para pecinta bulutangkis Tanah Air merasa bangga, karena dahaga prestasi dari ganda campuran mampu diakhiri.
Layak Disebut The Next Owi/Butet?
Lantas, apakah dengan prestasi yang sudah ditorehkannya pada tahun 2019 ini, Praveen/Melati sudah pantas disebut sebagai suksesor Tontowi Ahmad/Liliyanan Natsir di nomor ganda campuran?
Jawabannya adalah belum. Mental jadi pembatasn Praveen/Melati untuk bisa menyamai level permainan dan prestasi Owi/Butet. Hal itu sempat diungkap oleh sang pelatih ganda campuran, Richard Mainaky.
Padahal Richard sendiri sejatinya menaruh harapan besar pada duet Praveen/Melati untuk menjadi penerus duet maut tersebut.
"Dulu kalau saya bisa kirim pemain muda, sebenarnya saya berharap ke Praveen/Melati, tapi balik lagi ke mental. Melati sendiri tak siap," ungkap Richard Mainaky kepada wartawan di Istora Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kerapuhan mentalitas Praveen/Melati terlihat saat mereka tampil di Indonesia Open 2019. Beban bermain di depan publiknya sendiri dengan embel-embel unggulan ketujuh, merusak performa mereka.
Secara mengejutkan Praveen/Melati terhenti di babak pertama dari wakil Jerman, Mark Lamsfuss/Isabel Herttrich, dua game langsung 20-22 dan 14-21 kala itu.
"Mereka lagi mencari gelar (saat itu), belum sempat juara, sudah jadi unggulan Indonesia dan jadi tuan rumah. Dan ternyata, mental Melati kurang siap dengan itu," beber Richard.
Pembenahan Mental
Berbeda dengan mental sang senior, Owi/Butet. Bermain di dalam ataupun luar negeri, keduanya mampu menorehkan prestasi gelar juara, bahkan hingga mampu merebut emas di ajang Olimpiade 2016, dan bertengger di urutan pertama ranking dunia.
Selepas pensiunnya Butet, sektor yang kerap menyelamatkan wajah Indonesia diajang-ajang penting itu, kini seperti terombang-ambing.
Richard mengakui masalah mental menjadi kendala serius skuat ganda campuran PBSI saat ini. Ke depan, dirinya bakal menerapkan sesi penguatan mental kepada Praveen Jordan dan beberapa ganda campuran Indonesia lainnya.
"Nanti bakal ada sesi (khusus). Program latihan dari Pak Rahman (psikolog PBSI). Saat ini saya masih belum tahu (terkait porsi peningkatan mentalnya seperti apa). Nanti dirapatkan dulu," pungkas Richard.