FOOTBALL265.COM – Olimpiade London 2012 menghadirkan skandal memalukan dunia bulutangkis yang melibatkan delapan pebulutangkis, diantaranya asal Indonesia.
Olimpiade London 2012 bisa jadi merupakan ajang olah raga antarnegara terburuk buat bulutangkis Indonesia, sejak pertama kali olahraga itu diakui resmi pada Olimpiade Barcelona 1992.
Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya di London itu, bulutangkis Indonesia tak bisa membawa pulang medali ke Tanah Air. Capaian buruk yang juga merupakan satu-satunya hingga kini.
Namun lebih dari sekadar raihan medali, Olimpiade London 2012 itu juga sempat menyeret Indonesia dalam skandal bulutangkis memalukan, yang akhirnya membuat delapan pemain didiskualifikasi karena dianggap mencederai nilai luhur sportifitas.
Delapan pemain itu adalah ganda putri China Yu Yang/Wang Xiaoli, pasangan Korea Selatan Jung Kyung-eun/Kim Ha-na dan Ha Jung-eun/Kim Min-jung, serta ganda putri Indonesia Greysia Polii/Meiliana Jauhari.
Keempat pasangan itu dianggap mencederai nilai luhur sportifitas ajang sebesar Olimpiade karena dianggap sengaja mengalah dari lawannya di pertandingan terakhir fase grup, demi menghadapi lawan yang mudah di fase gugur dan juga tak saling berhadapan dengan perwakilan senegaranya.
Skandal pengaturan itu tersebut bermula ketika Wang Xiaoli/Yu Yang yang merupakan unggulan pertama dari China sengaja mengalah dari pasangan Korea Selatan Jung Kyung Eun/Kim Ha Na di partai terakhir group A, demi tak bertemu rekan senegaranya di fase gugur dan bisa mewujudkan All Chinese Final.
Dipertandingan itu pasangan China Wang Xiaoli/Yu Yang sama sekali tak melakukan serangan, bahkan sengaja melakukan pukulan yang salah hingga membuat shuttlecock melebar atau nyangkut di net.
Hal serupa pun dilakukan pasangan Korea Selatan yang menjadi lawannya. Jung Kyung Eun/Kim Ha Na juga menunjukan sikap yang tak kalah buruk, dengan tak membiarkan lawannya kalah di pertandingan itu. Agar mereka juga tak mendapatkan lawan sulit di fase gugur.
Mendapatkan cemooh penonton yang mengharapkan pertandingan berjalan serius dan menarik, pada hasilnya kemudian Jung Kyung Eun/Kim Ha Na tetap keluar sebagai pemenang dalam skor 21-14 dan 21-11,s ehingga mereka menjadi pemuncak gurp A, disusul Wang Xiaoli/Yu Yang di peringkat kedua.
Tahu akan hasil dipertandingan Grup A tersebut, pasangan ganda putra yang saling berhadapan di Grup C, Greysia Polii/ Meiliana Jauhari dan ganda Korea Selatan lainnya Ha Jung Eun/Kim Min Jung kemudian juga melakukan skandal yang sama.
Mereka sama-sama ingin mendapatkan kekalahan agar menjadi runner up, demi tak melawan unggulan pertama Wang Xiaoli/Yu Yang di fase gugur.
Bermain ogah-ogahan dengan melakukan banyak kesalahan sendiri, kedua pasangan tersebut sempat mendapatkan peringatan dari wasit. Sebelum akhirnya Greysia Polii/ Meiliana Jauhari dan Ha Jung Eun/Kim Min Jung sama-sama diusir dengan kartu hitam.
Tapi lantaran protes kedua belah pihak dan dilakukan pembicaraan ulang, wasit akahirnya membiarkan pertandingan Kembali dilanjutkan. Hingga hasilnya Greysia Polii/ Meiliana Jauhari menelan kekalahan dalam skor akhir, 14-21 dan 12-21. Membuat mereka menjadi runner up Grup C.
Menjadi perbincangan dan headline di media olahraga hampir seluruh negara di dunia kala itu, Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) kemudian mengambil langkah tegas.
Mereka menilai kedelapan pebulutangkis tersebut bukan hanya mencederai nilai luhur sportifitas, lebih jauh dari itu juga mencoreng olahraga bulutangkis yang saat itu mulai naik daun di kancah Internasional
"Kami harus mengambil sikap tegas, karena telah terjadi pelanggaran kode etik serta melanggar sportivitas olahraga," pernyataan BWF kala itu.
Atas desakan banyak pihak, termasuk juga dari Indonesia, BWF akhirnya melakukan sedikit perubahan format pertandingan di Olimpiade berikutnya, demi menghindari skandal serupa terulang lagi.
Dimana ketika memasuki babak gugur, para pebulutangkis yang lolos akan diundi lagi, untuk mengetahui siapa yang akan menjadi lawan mereka. Tidak seperti di Olimpiade London 2012, dimana semua pebulutangkis sudah tahu bisa berhadapan dengan siapa nantinya.