FOOTBALL265.COM - Lenny Permana meninggalkan Pelatnas PBSI di usia emasnya, namun tanpa sengaja justru memberikan kontribusi besar buat bulutangkis Australia.
Cukup banyak pebulutangkis Indonesia yang memilih hijrah ke negara lain setelah tak lagi masuk ke dalam bagian Pelatnas PBSI. Meski tak semuanya memang bisa berujung sukses dengan raihan prestasi atau penghargaan, selayaknya yang dialami Lenny Permana.
Semakin menarik, buat Lenny Permana sebab kepindahannya ke Australia bukan merupakan sesuatu yang dikhususkan untuk berkarier di dunia bulutangkis, melainkan hanya sekadar menuntut ilmu. Namun nyatanya nasib membawanya ke jalan lain. Jalan kesuksesan yang membuatnya begitu dihargai di dunia bulutangkis Australia.
Seperti apa kisah Lenny Permana? Berikut INDOSPORT merangkumkan untuk pembaca setia kami.
Lenny Permana
Lenny Permana adalah mantan pebulutangkis nasional yang sempat menjadi bagian Pelatnas bulutangkis Indonesia di satu angkatan dengan pemain legenda lainnya, seperti Yuni Kartika.
Namun lantaran masalah cedera yang seling membekapnya, karier Lenny menjadi stagnan, hingga dirinya memutuskan untuk memilih jalan lain, seperti meninggalkan bulutangkis dan melanjutkan pendidikan formal di Australia saat umurnya menginjak usia 24 tahun pada 1999.
Tanpa maksud melanjutkan karier bulutangkisnya di Australia, Lenny menetap di Melbourne guna menempuh pendidikan S1 jurusan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) di universitas RMIT.
Namun karena latar belakangnya sebagai atlet, membuatnya tak sepenuhnya lepas dari bulutangkis. Di sela-sela jadwal kuliah, Lenny saat itu masih sering menyempatkan berlatih bulutangkis di Australia. Sampai ada seorang temannya yang melihat penampilan bagus Lenny dan menyarankannya untuk ikut bertanding dalam perlombaan tingkat daerah di Australia.
Dengan pengalaman dan kualitas Lenny Permana yang memang sudah teruji di pelatnas PBSI, tak sulit buatnya menorehkan prestasi di level nasional Australia. Jalan pun terbuka buat wanita kelahiran Magelang itu, hingga diminta mewakili Australia di level internasional.
"Karena tidak ada yang bisa mengalahkan saya, saya disuruh coba main untuk Australia. Pertama kalau tidak salah tahun 2000 atau 2001 dan selanjutnya lomba di Pekan Olahraga negara persemakmuran di Manchester tahun 2002," cerita Lenny Permana kepada abc.net.au.
Momen Lenny Permana mewakili Australia di ajang internasional itu bisa terwujud setelah dirinya juga secara resmi memegang kewarganegaraan Australia, usai lulus sebagai sarjana jurusan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) di universitas RMIT.
Mewakili Autralia hingga ke ajang Olimpiade Athena 2004, Lenny Permana akhirnya mantap melanjutkan karier bulutangkisnya sebagai pelatih di Australia.
Jalan yang dipilihnya itu bahkan membuatnya mendapatkan penghargaan "Outstanding Community Contribution Award" dari School Sport Victoria. Badan di bawah Departemen Pendidikan yang menyediakan program olahraga bagi sekolah-sekolah di wilayah Victoria.
Penghargaan itu didapat Lenny Permana pada tanggal 14 Maret 2019 karena dirinya dianggap berjasa dalam perkembangan bulutangkis di Australia. Dengan mau menjadi pelatih tanpa dibayar selama bertahun-tahun lamanya dalam kegiatan ekstrakulikuler di Serpell Primary School di Templestowe dan sekolah menengah East Doncaster Secondary College yang terletak sekitar 18 km dari pusat kota Melbourne.
Apa yang dilakukan Lenny Permana tersebut begitu dianggap penting karena memang, di Australia, bulutangkis masih dipandang sebelah mata dibandingkan dengan olahraga lain. Sehingga secara pendanaan juga sangat tak mendapatkan perhatian dari pemerintah dan membuat tak banyak anak-anak di sana yang tertarik terjun menjadi pebulutangkis.
Namun berkat kontribusi Lenny Permana juga, secara perlahan bulutangkis mulai banyak diminati dan perlahan mulai mendapatkan perhatian di Australia.