FOOTBALL265.COM – Belanda pernah memiliki petenis putra keturunan Indonesia yang beberapa kali tampil di ajang Grand Slam. Pria tersebut bernama Jesse Huta Galung.
Dengan sejarah panjang kolonialisme, membuat banyak sekali warga Belanda yang memiliki garis keturunan dari Indonesia. Di bidang olahraga misalnya, bukan hanya pada cabang sepak bola seperti yang banyak diketahui, namun juga ke olahraga lain seperti halnya tenis.
Ada beberapa petenis ternama Belanda yang ternyata memiliki garis keturunan Indonesia. Satu yang paling terlihat jelas dari namanya adalah Jesse Huta Galung.
Dari namanya, tentu mudah dikenali bahwa Jesse adalah petenis yang memiliki darah Indonesia dari suku Batak. Meski kerap ditulis terpisah, Huta Galung, nama Jesse sama seperti banyak keturunan batak lainnya bermarga Hutagalung, yang merupakan keturunan (sundut) kedelapan dari Raja Batak.
Jesse Huta Galung sendiri lahir di Haarlem, Belanda 6 Oktober 1985. Dari sang ayah bernama Marthen Hutagalung yang merupakan seorang fisoterapi, dan Yvonne yang seorang ibu rumah tangga.
Berlatih tenis sejak usia dini, Jesse mulai terjun ke dunia tenis profesional sejak tahun 2004, dengan peringkat awalnya di urutan 742 dunia.
Dengan penampilan konsisten, perlahan Jesse Huta Galung mulai bisa memperbaiki peringkatnya. Naik ke urutan 502 besar dunia setahun setelah debut. Hingga akhirnya pada tahun 2013 dirinya bisa masuk ke ranking 100 besar dunia, di peringkat 99, tepat pada tanggal 19 Agustus 2013.
Dalam kariernya, peringkat tertinggi yang bisa digapai Jesse Huta Galung adalah menghuni urutan 91 dunia, di tanggal 10 Februari 2014.
Dengan postur tinggi besar 188cm, Jesse Huta Galung memiliki kekuatan dengan pukulan backhand satu tangannya atau single-handed backhand . Di saat umumnya petenis dunia melakukan backhand dengan dua tangan sekaligus.
Meski sempat menembus peringkat 100 besar dunia, karier Jesse Huta Galung tak bertahan lama. Pada 2015 karena masalah cedera yang sering membekapnya, perlahan tapi pasti dirinya mulai mengalami penurunan. Sampai akhirnya di tahun 2016 memilih untuk sepenuhnya pensiun atau gantung raket pada usia 31 tahun.