In-depth

Susy Susanti dan Australia Open, Ajang 'Receh' Penghasil Jawara Olimpiade

Selasa, 9 Juni 2020 08:07 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Tony Marshall/EMPICS via Getty Images
Susy Susanti saat mengikuti ajang All England. Copyright: © Tony Marshall/EMPICS via Getty Images
Susy Susanti saat mengikuti ajang All England.

FOOTBALL265.COM - Dengan kelasnya yang hanya Super 300, kejuaraan Australia Open kerap dianggap sebagai turnamen kelas dua. Meski begitu, ternyata banyak jawara Australia Open yang menjadi peraih emas Olimpiade di masa depan. 

Jika saja pandemi COVID-19 tak melanda, maka babak final turnamen Australia Open 2020 seharusnya dihelat pada tanggal 7 Juni kemarin di Sydney. 

Australia Open memang tak sebergengsi turnamen Super 1000 atau 750 seperti Indonesia Open, China Open, All England, atau pun Japan Open. 

Meski begitu, Australia Open dianggap sebagai ajang pembuktian bagi para pebulutangkis-pebulutangkis muda yang tengah meniti karier di puncak dunia. 

Bahkan, berbeda dengan turnamen super 300 lainnya, Australia Open kerap dianggap 'penting' oleh pebulutangkis-pebulutangkis papan atas. 

Tak mengherankan memang, sebab secara tradisi Australia Open sering menampilkan para calon juara dunia. Sederet pebulutangkis legendaris dan papan atas dunia pernah mendapatkan titel juara Australia Open. 

Sebut saja Susi Susanti, Chen Long, Carolina Marin, Lee Hyo Jung, Lin Dan, sampai Kim Dong Moon. Menariknya, jawara Australia Open kerap sinonim dengan medali emas Olimpiade. 

© Shi Tang/Getty Images
Selebrasi pemain asal China, Chen Long. Copyright: Shi Tang/Getty ImagesSelebrasi pemain asal China, Chen Long.

Setidaknya tercatat lebih dari lima pemain yang pernah menjuarai Australia Open akhirnya sanggup merebut medali emas Olimpiade. Statistik keberhasilan ini adalah yang terbesar di banding turnamen Super 300 lainnya. 

Mereka para alumni podium tertinggi Australia Open yang pernah menjadi peraih medali emas Olimpiade di antaranya adalah Susy Susanti, Chen Long, Carolina Marin, Hendra Setiawan/Markis Kido, Lin Dan, Lee Hyo Jung, dan Kim Dong Moon. 

Susy Susanti misalnya, legenda tunggal putri Indonesia ini meraih gelar juara Australia Open pada 1990. Dua tahun kemudian, atau pada 1992, Susi sukses merebut medali emas Olimpiade Barcelona 1992. 

Keberuntungan Susi berlanjut pada Kim Doong Moon, pemain ganda campuran Korea Selatan. Kim Dong Moon merengkuh titel Australia Open pada tahun 1999. 

Kim Dong Moon pun menjadi peraih medali emas Olimpiade pada 2004 di Athena. Menariknya, tiga tahun sebelum ia meraih Australia Open, ia sudah pernah merengkuh medali emas Olimpiade pertamanya di Atlanta, 1996. 

Di era masa kini, ada nama Lin Dan dan Carolina Marin yang juga mujur menjuarai Australia Open. Lin Dan adalah peraih medali emas Olimpiade pada tahun 2004. 

© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Carolina Marin melaju ke final Indonesia Masters 2020. Copyright: Herry Ibrahim/INDOSPORTCarolina Marin

Namun, sedikit berbeda dengan yang lain, ia baru meraih Australia Open pada tahun 2014. Sementara Carolina Marin merebut gelar juara Australia Open pada 2015 dan setahun kemudian ia menjadi peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 di nomor tunggal putri. 

Prestasi sama persis diraih oleh Chen Long di nomor tunggal putra. Pada 2015 wakil China ini meraih juara Australia Open sebelum akhirnya ia merengkuh medali emas satu-satunya di Olimpiade pada 2016 usai menyingkirkan Lee Chong Wei di final. 

1