FOOTBALL265.COM - Susy Susanti merupakan salah satu legenda bulutangkis Indonesia di sektor tunggal putri sekaligus menjadi salah satu lawan tangguh yang cukup disegani oleh lawan-lawannya, di antaranya ketiga pemain ini.
Jika ingin lihat replika Susy Susanti di masa sekarang, mungkin gaya bermain itu bisa dilihat dalam diri Kento Momota. Ketika masih bermain, Susy Susanti adalah tipe pemain bertahan yang suka memainkan rally-rally panjang.
Sama halnya seperti Kento Momota, dia akan meladeni berapapun jumlah pukulan dari lawannya dan menunggu saat yang tepat untuk melakukan serangan balik untuk menghasilkan poin.
Dari gaya bermain Susy Susanti tersebut, lahirlah tiga pebulutangkis tunggal putri ikonik yang dianggap sebagai lawan-lawannya yang kerap kali menjadi musuh bebuyutannya ketika bermain di event-event major bulutangkis.
Berikut INDOSPORT.com merangkum tiga lawan paling ikonik dalam sejarah karier Susy Susanti:
Lee Young-suk
Lee Young-suk menjadi lawan paling ikonik Susy Susanti yang ketiga. Keduanya diketahui pertama kali bertemu di panggung Piala Sudirman saat membela negara masing-masing.
Susy Susanti yang saat itu membela tim bulutangkis Indonesia dan Lee Young-suk yang kala itu membela tim bulutangkis Korea Selatan di Piala Sudirman edisi pertama yang digelar di Jakarta pada tahun 1989.
Ketika Indonesia dan Korea Selatan sama-sama menapaki final Piala Sudirman 1989, Susy Susanti dan Lee Young-suk akhirnya berhadapan untuk kali pertama dan di pertemuan pertama mereka itu, terjadi momen yang sangat dramatis.
Di game pertama, Lee Young-suk sukses mengalahkan Susy Susanti dengan skor 12-10. Di game kedua pun sebetulnya wakil Korea Selatan tersebut bermain dengan sangat apik. Bahkan ia sudah memimpin dengan skor 10-5 atas wakil Indonesia dan hanya membutuhkan satu poin untuk menang.
Namun entah apa yang terjadi padanya pada saat itu. Momentum yang seharusnya bisa digunakan oleh Lee Young-suk untuk mengunci kemenangan Korea Selatan di edisi Piala Sudirman yang pertama justru harus ambyar ketika Susy Susanti yang berbalik memenangkan game kedua dengan skor 12-10 dan memaksa pertandingan berlanjut ke babak rubber game.
Sebelum dimulainya babak rubber game, terjadi peristiwa penamparan dari pelatih ke Lee Young-suk yang membuat dirinya menjadi tampil hancur-hancuran di game ketiga dan sama sekali tidak mendapat angka dan harus menyerah denga skor 0-11 atas Susy Susanti.
Kemenangan Susy Susanti tersebut membuka jalan bagi tim bulutangkis Indonesia untuk meraih kemenangan lewat kemenangan Eddy Kurniawan dan pasangan Eddy Kurniawan/Verawaty Vajrin yang memastikan Indonesia meraih gelar kali pertama di Piala Sudirman di hadapan pendukung sendiri.