Cerita Pilu Kompetisi Bulutangkis Denmark yang Mulai 'Dijajah' Asia

Minggu, 11 Oktober 2020 16:25 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor:
© Football265.com
Cerita pilu kompetisi Denmark Open yang mulai terjajah kekuatan bulutangkis Asia sekalipun dimainkan di benua Eropa. Copyright: © Football265.com
Cerita pilu kompetisi Denmark Open yang mulai terjajah kekuatan bulutangkis Asia sekalipun dimainkan di benua Eropa.

FOOTBALL265.COM - Cerita pilu kompetisi Denmark Open yang mulai terjajah kekuatan bulutangkis Asia sekalipun dimainkan di benua Eropa.

Dilansir dari situs olahraga Badzine, kompetisi Denmark Open pertama kali diselenggarakan pada tahun 1935, dimana pada saat itu, Denmark sukses menyapu bersih gelar di hadapan pendukung sendiri.

Namun akibat adanya Perang Dunia Kedua, kompetisi Denmark Open tidak diselenggarakan pada tahun 1939 sampai 1944, serta 1952, 1954 dan 1956 - 1964.

Kompetisi Denmark Open pun sering mengalami perubahan format, muli dari turnamen bintang empat menjadi bintang lima, lalu menjadi kategori dari BWF Superseries Premier pada 2011- 2017 dan akhirnya masuk dalam kategori BWF World Tour Super 750 sejak tahun 2018.

Selama bertahun-tahun kompetisi Denmark Open digelar, tuan rumah Denmark berhasil meraih 33 gelar juara di tunggal putra, 26 di tunggal putri dan meraih total 136 gelar secara keseluruhan.

Namun semua berubah ketika bulutangkis China bangkit secara perlahan sejak awal tahun 1980-an. Hingga akhirnya membuat Negeri Tirai Bambu menjadi negara dengan koleksi gelar kedua terbanyak di Denmark Open dengan 62 gelar.

Tidak hanya dijajah oleh kekuatan bulutangkis dari China saja, kompetisi Denmark Open juga dijajah oleh kekuatan bulutangkis Asia dari negara-negara lain.

Sebut saja Jepang yang sudah mengoleksi 26 gelar, Indonesia mengoleksi 24 gelar, Malaysia mengoleksi 20 gelar dan Korea Selatan dengan 19 gelar.

Setelah mendominasi dalam kurun waktu yang lama, rekor mengesankan Denmark di kompetisi Denmark Open brakhir pada tahun 1997, dimana pada tahun itu mereka berhasil meraih 4 gelar, saat Peter Gade gagal menaklukkan lawannya dari China, yaitu Dong Jiong.

Para pemenang di kompetisi Denmark Open pun kini sudah tidak lagi didominasi oleh para pemain tuan rumah, karena kebangkitan kekuatan bulutangkis Asia dari negara-negara seperti China, Indonesia dan Jepang yang mulai memonopoli podium.

Dimana hal itu dibuktikan lewat gelar juara terakhir dari wakil tuan rumah di sektor tunggal putri terakhir kali dipersembahkan oleh Tine Rasmussen pada tahun 2009.

Kemudian di sektor tunggal putra, ada Jan O Jorgansen yang menjadi juara terakhir kali pada tahun 2010, dan pasangan Joachim Fisher/Christinna Pedersen menjadi juara terakhir di ganda campuran pada tahun 2016.

Tentunya pada kompetisi Denmark Open 2020 akan menjadi kesempatan bagus untuk tuan rumah kembali mendominasi setelah absennya negara-negara besar Asia seperti China, Jepang hingga Indonesia.