FOOTBALL265.COM – Sebelum Kento Momota menjadi tunggal putra nomor satu dunia seperti saat ini, Jepang memiliki sosok andalan dalam diri Kenichi Tago.
Meskipun belum sempat berada di puncak performanya, Kenichi Tago sempat beberapa kali membuat kejutan. Antara lain ketika ia menjadi runner up di sederet turnamen BWF Superseries bergengsi, seperti Indonesia Open 2014 dan All England 2010.
Ia juga pernah menempati ranking 3 dunia, bahkan memimpin tim putra Jepang menggondol Piala Thomas 2014 lalu. Saat itu Tago menjadi tunggal putra pertama, yang kerap menyumbang poin untuk tim Jepang.
Tampil apik di panggung tunggal putra papan atas dunia membuat Kenichi Tago dan Kento Momota mengemban harapan besar Jepang untuk unjuk gigi di Olimpiade Rio 2016.
Mulai Jadi Bad Boy
Namun rupanya performa apik Kenichi Tago di atas lapangan bulutangkis tak sejalan dengan kelakuannya di luar lapangan. Baru berusia 26 tahun alias masih di puncak performa, Tago harus terlempar dari tim nasional Jepang pada 2015 silam karena sering membuat ulah.
Kepala pelatih Park Joo-bong, tak segan-segan mencoretnya usai sederet tindakan indisipliner, meski membuat kekuatan bulutangkis Jepang saat itu berkurang.
“Ini adalah keputusan sulit, tapi kami harus melakukannya karena kami tak mau ulahnya memengaruhi pemain lain di timnas,” tutur Park Joo-bong saat itu, sebagaimana dilansir The Star.
Tago dilaporkan kerap mangkir dari pemusatan latihan. Ia pun dijadikan contoh dan peringatan sang pelatih bagi pemain lainnya, di saat Jepang tengah serius menggodok kekuatannya jelang Olimpiade.
Ulah pemain kelahiran 16 Juli 1989 itu tak cukup sampai di situ. Tago dan Momota membuat gempar dunia bulutangkis ketika tersangkut kasus judi ilegal.
Menurut investigasi Nippon Telegraph dan Telephone East Corp, Tago ketahuan menyambangi kasino ilegal sebanyak 60 kali dalam rentang dua tahun. Ia menghabiskan 10 juta yen (sekitar Rp1,3 miliar) untuk berjudi. Sementara itu, Momota tercatat enam kali mampir ke kasino ilegal.
Keduanya langsung diganjar hukuman berat, yakni dilarang untuk bermain badminton. Khusus untuk Tago, hukumannya tercatat untuk waktu yang tidak ditentukan.
Sambil berurai air mata, Tago dan Momota menyampaikan permintaan maaf dan penyesalan mereka di hadapan publik pada April 2016. Tago saat itu mengakui telah mengkhianati harapan negaranya untuk berlaga di Olimpiade. Ia juga memohon supaya Momota yang menjadi juniornya, supaya tetap diizinkan ke pesta olahraga terbesar dunia tersebut.
“Meski saya tahu dia sedang mempersiapkan diri untuk Olimpiade, saya tak menghentikan Momota pergi (ke kasino). Saya tak peduli hukuman apa yang saya terima, bahkan jika saya tak bisa main badminton lagi. Harapan saya satu-satunya adalah supaya Momota diberikan kesempatan lain,” tutur Tago, dikutip dari Reuters.
Namun karena sudah mepet, Asosiasi Bulutangkis Jepang (NBA) tetap tak mengizinkan Kento Momota untuk berlaga di Olimpiade 2016.