FOOTBALL265.COM – Siapa sangka kalau keagungan dinasti Liang telah memberikan sumbangsih yang amat besar pada perkembangan bulutangkis Indonesia.
Tahun 2020 memang pada akhirnya ditutup dengan keganasan virus corona yang memaksa pebulutangkis terbaik Indonesia harus absen di sejumlah turnamen. Meski begitu, bulutangkis Indonesia sampai kapanpun akan tetap ditakuti oleh negara lain.
Utamanya dalam beberapa sektor seperti ganda putra, yang mana merupakan andalan Indonesia untuk meraih sebuah gelar juara. Jika kita tarik ke belakang, bulutangkis memang menjadi salah satu cabang olahraga yang bisa dibanggakan Indonesia.
Tak seperti sepak bola yang sulit sekali bagi Indonesia untuk berbicara banyak pada tingkat dunia. Berbeda dengan bulutangkis, berkali-kali pebulutangkis terbaik tanah air berhasil mengibarkan bendera merah putih pada kancah internasional.
Tentu sudah banyak sekali pebulutangkis tanah air yang mengharumkan nama Indonesia dalam kancah dunia. Salah satunya ternyata berasal dari dinasti atau bisa disebut marga/klan Liang yang sudah memberikan sumbangsihnya pada bulutangkis Indonesia.
Siapa sangka ada banyak pelaku di dunia bulutangkis Indonesia bermarga Liang yang ternyata telah memberikan sumbangsihnya hingga menjadi legenda. Bak sebuah dinasti, para pebulutangkis bermarga Liang ini telah memberikan sebuah legasi untuk bulutangkis Indonesia, siapa saja mereka?
Rudy Hartono
Orang-orang mengenalnya sebagai Rudy Hartono, tetapi faktanya ia juga memiliki nama Chinese yaitu Liang Hailiang atau Nio Hap Liang dalam dialek Hokkian. Lahir pada 18 Agustus 1949, Rudy Hartono yang bermarga Liang merupakan salah satu pebulutangkis terbesar Indonesia.
Berbagai gelar bergengsi berhasil dimenangkan oleh Rudy Hartono dan membuat nama Indonesia kian harum di tingkat dunia. Salah satu prestasinya adalah memenangi All England sebanyak 8 kali, di mana 7 di antaranya dijuarai secara berturut-turut.
Rekor kemenangan 8 kali di All England pun membuat nama Rudy Hartono masuk dalam Guiness Book of Records. Padahal pada eranya di 1968-1978, persaingan di sektor tunggal putra sangatlah ketat.
Saat itu, Denmark memiliki Svend Pri dan Malaysia diwakili Punch Gunalan, tetapi semua bisa dikalahkan oleh Rudy Hartono. Hingga saat ini, Rudy Hartono pun masih menjadi role model bagi pebulutangkis muda Indonesia yang ingin merambah ke dunia profesional.