Terseret Skandal Match Fixing saat Lawan Bagas/Fikri, Bagaimana Nasib Juara Dunia asal China ini?
Sebelum adanya rumor match fixing saat melawan Bagas/Fikri di Denmark Open 2021, sejatinya Di Zijian bersama Wang Chang adalah salah satu andalan ganda putra di China bahkan sejak mereka junior.
Mereka menyabet beragam prestasi, seperti saat berhasil menyabet medali emas Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis 2018. Mereka juga kerap menjadi seteru Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Bahkan terakhir kali, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin harus susah payah mengalahkan Di Zijian/Wang Chang demi menyabet medali emas Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis 2019.
Usai itu, Di Zijian/Wang Chang mulai memasuki level senior, dan berhasil menjadi runner up Lingshui China Masters 2018 serta menjadi juara SaarLorLux Open 2019.
Namun saat mereka mencapai puncak kegemilangan, ranking mereka merosot tajam, apalagi Di Zijian yang sudah kerap ‘diparkir’ tanpa nasib yang jelas sejak skandal.
Simpang siur kabar Di Zijian pun masih menjadi misteri. Namun dilansir dari laman media China, Sohu, pada Rabu (15/06/22) lalu, pebulutangkis berusia 21 tahun itu dikabarkan mendapat penghargaan.
Disebutkan bahwa Asosiasi Bulutangkis China (CBA) memberikan Di Zijian gelar atlet internasional berkat kerja baiknya sebagai atlet ganda putra.
Rival Bagas/Fikri itu menjadi salah satu atlet yang dianggap berkontribusi positif, seperti saat menjadi skuat utama bulutangkis China di Piala Thomas 2022 pada 9-17 Oktober.
Dengan adanya kabar penghargaan ini, media Sohu menyebut, “apakah benar rumor match fixing yang diungkap sang kekasih saat itu?”
Namun yang pasti, terlepas dari rumor judi yang mendera, jika Di Zijian dianugerahi gelar atlet internasional, setidaknya bisa menjamin masa depannya secara finansial.
Disebutkan bahwa atlet China, siapa pun yang memperoleh gelar atlet internasional, dia akan mendapatkan subsidi beberapa ribu yuan per bulan, bahkan setelah dirinya pensiun.