FOOTBALL265.COM – Pemilik klub bulutangkis, Miftah Fardi Luthfianto, berani bersuara lantang mengkritik PBSI usai dua atletnya ditolak ikut turnamen karena terbentur regulasi.
Founder of Indo Prima Badminton Club, Lampung, Miftah Fardi Luthfianto, melalui twitternya mengungkapkan kekecewaannya pada Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Kekecewaan bermula ketika dua anak didiknya di klub, tak disetujui PBSI untuk ikut turnamen level Future Series M&Q South Africa International 2022 pada 1-4 Desember mendatang.
“M&Q South Africa FS is out! dan betul, nggak ada nama dua atlet saya, yg artinya mereka ga didaftarkan oleh PBSI,” tulis twitter @faridluthfianto.
Ya, berdasarkan regulasi PBSI, setiap atlet Indonesia yang hendak mendaftarkan diri ke turnamen bulutangkis, ada ketentuan minimal ranking, tergantung dari level acara.
Bahkan untuk atlet yang hendak ikut turnamen bulutangkis level paling rendah rendah, Future Series, PBSI mengharuskan atlet tersebut memiliki ranking 1-400 besar.
Jadi atlet yang tak memiliki ranking, akan sulit untuk mendaftarkan di suatu turnamen. Pembaruan kebijakan tersebut, menurut Miftah Fardi Luthfianto, dianggap merugikan.
M&Q South Africa FS is out!
— Miftah Farid Luthfianto (@faridluthfianto) November 5, 2022
Dan betul, nggaada nama 2 atlit saya, yg artinya mereka ga didaftarkan oleh PBSI.
Lalu atlit pro diluar rank 400 harus memulai karir darimana min? @INABadminton
Bisa jawab? Soalnya nanya ke 3 staff PBSI gaada yg bisa jawab https://t.co/CZgAtg2BLk https://t.co/QNlpfjSST5
“Lalu atlet pro di luar ranking 400 harus memulai karier darimana min PBSI? Bisa jawab? soalnya nanya ke 3 staff PBSI gaada yang bisa jawab,” sambung twitter @faridluthfianto.
Dalam pengakuannya, Miftah Fardi Luthfianto bahkan sampai mempertanyakan kepada PBSI melalui email maupun pesan melalui whatsapp. Namun dia tak menemui jawaban memuaskan.
Sebelum Miftah Fardi Luthfianto, atlet bulutangkis independen Indonesia, Andi Fadel Muhammad, juga pernah mengkritik pedas PBSI soal regulasi yang sama. Mengapa regulasi PBSI begitu ketat?