In-depth

Kisah Sang Raja Viktor Axelsen, Pengagum Berat Bao Chunlai yang Nyaris Jadi Pesepak Bola

Rabu, 14 Desember 2022 14:43 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Isman Fadil
© VCG/VCG via Getty Images
Bao Chunlai pebulutangkis asal China. Copyright: © VCG/VCG via Getty Images
Bao Chunlai pebulutangkis asal China.
Idolakan Peter Gade dan Bao Chunlai

Melansir dari laman Denmark, Udogse.dk, mimpi besar Viktor Axelsen untuk menjadi juara dunia datang dari legenda Denmark, Peter Gade, dan legenda China, Bao Chunlai.

Peter Gade, yang merupakan salah satu member Big Four bersama Taufik Hidayat, Lin Dan dan Lee Chong Wei, adalah pahlawan pertama Viktor Axelsen.

Dia juga menjadi tunggal putra Denmark terakhir yang berhasil menduduki peringkat teratas dunia, tepatnya pada 1997 silam, sebelum Viktor Axelsen melakukannya untuk pertama kalinya pada 2017.

Masih ingat dalam benak Peter Gade, Viktor Axelsen di usia 9 tahun mendatanginya dan mengulurkan buku untuk dia tanda tangani. Tak sampai di situ, Axelsen remaja juga sempat merasakan berlatih bersama Peter Gade yang mulai melemah karena cedera.

“Dia memiliki api (semangat) di matanya yang belum pernah saya lihat dari pemain Denmark lainnya. Saya mengenali api Viktor seperti diri saya sendiri,” kenang Peter Gade.

“Ini semangat yang tidak dimiliki banyak orang.”

Selain Peter Gade, Viktor Axelsen juga sangat mengagumi Bao Chunlai. Bahkan, Axelsen rela menonton berjam-jam tayangan ulang pertandingan sang legenda China.

Bao Chunlai pada jamannya merupakan pebulutangkis yang digandrungi banyak wanita di China karena ketampanannya. Tetapi, setiap detail gerakan Bao Chunlai saat mengayunkan raket justru menyihir Axelzen.

Bersama Lin Dan, Bao Chunlai merupakan salah satu andalan China untuk merajai berbagai turnamen sektor putra kala itu. Mulai dari dua kali juara Asian Games, empat juara Thomas Cup, termasuk juga empat kali juara turnamen beregu campuran dunia, Sudirman Cup.

Dengan tinggi menjulang 191cm dan juga ciri khasnnya bermian kidal, Bao Chunlai saat itu sangat mudah untuk menjadi perhatian di atas lapangan.

Hal inilah yang diserap oleh Axelsen, yang rela menonton cuplikan pertandingan idolanya di YouTube meski dengan bahasa China yang saat itu belum pernah dia pahami.