Bangkitnya Para Bocil Kematian di Tunggal Putra Bulutangkis, Indonesia Tertinggal Jauh
Li Shifeng dan Kunlavut Vitidsarn ialah merupakan semifinalis Kejuaraan Dunia Junior 2018 silam, yang berlangsung di Kanada.
Selain kedua pemain papan atas tersebut, ada Kodai Naraoka dan Lakshya Sen yang juga sempat bersinar dalam beberapa waktu belakang.
Kunlavut Vitidsarn sendiri berstatus sebagai peraih medali emas di Kejuaraan Dunia Junior 2018 lalu, usai mengalahkan Kodai Naraoka yang menjadi runner-up. Sedangkan Lakshya Sen dan Li Shifeng keluar sebagai semifinalis di ajang bulutangkis bergengsi tersebut.
Pencapian Kunlavut di level senior sendiri terbilang apik yakni sudah mengemas tiga gelar juara dan tiga runner-up di ajang BWF World Tour sejak 2020 hingga 2023.
Bahkan ia beberapa kali harus berhadapan dengan Viktor Axelsen, selaku alien di tunggal putra dan akhirnya menang di India Open.
Berkat konsistensinya, peringkat Kunlavut Vitidsarn terus melejit dan saat ini berada di peringkat ketiga dalam ranking BWF.
Sedangkan Kodai Naraoka juga tak kalah mentereng yakni sudah meraih satu gelar juara dan empat runner-up di ajang World Tour pada 2022 hingga 2023, serta menjadi penantang sengit bagi para papan atas seperti Anthony Ginting dan Axelsen.
Peringkatnya pun melejit di mana Naraoka yang kini menjadi tulang punggung tunggal putra Jepang ada di posisi keempat di ranking BWF.
Li Shifeng juga telah mengemas dua gelar dan dua runner-up sejak 2019 dan berada di peringkat ke-12. Sedangkan Lakshya Sen meraih tiga gelar dan dua runner-up sejak 2019 dan kini duduk di posisi ke-19 dalam ranking BWF.
Jika Kunlavut Vitidsarn, Kodai Naraoka, Li Shifeng dan Lakhsya Sen menjadi bocil kematian di nomor tunggal putra, lalu bagaimana dengan wakil Indonesia?