Thomas Cup 1998: Pidato Habibie dan Kenangan Indah Indonesia di Tengah Krisis
FOOTBALL265.COM - Ada cerita menarik dari pidato Bacharuddin Jusuf Habibie dan kenangan indah Indonesia juara Thomas Cup 1998 di tengah krisis.
Pada 1998 silam, Indonesia mengalami peristiwa yang kurang mengenakkan di mana masyarakat serta mahasiswa turun ke jalan untuk demonstrasi.
Fokus mereka hanya satu, yakni meminta Presiden Ke-2 Republik Indonesia Soeharto untuk mundur dari jabatannya setelah berkuasa selama 32 tahun.
Kendati begitu, sebelum persitiwa kelam tersebut, Soeharto sempat memberangkatkan tim bulutangkis Indonesia yang mengikuti Piala Thomas-Uber di Hong Kong.
Berdasarkan penuturan Candra Wijaya, dinukil CNN Indonesia, kalau intinya Soeharto memberikan dukungan dan motivasi kepada tim agar bisa mempertahankan gelar Thomas-Uber Cup.
Pasca pertemuan tersebut, kondisi Indonesia masih baik-baik saja. Namun ketika telah di Hong Kong, kerusuhan meluas dan turut menyasar warga etnis Tionghoa.
Peristiwa tersebut pun membuat tim bulutangkis Indonesia merasa cemas akan keselamatan keluargannya yang berada di Tanah Air.
Tim Thomas Indonesia menurunkan nama-nama tangguh seperti Hariyanto Arbi, Ricky Subagja/Rexy Mainaky, Hendrawan, Candra Wijaya/Sigit Budiarto, Indra Wijaya, hingga Joko Suprianto.
Sedangkan Tim Uber digawangi oleh Susy Susanti, Mia Audina, Ellen Angelina, Zelin Resiana/Eliza Nathanael, Indarti Issolina/Deyana Lomban, sampai Meiluawati.
Dalam tekanan yang begitu tinggi dan juga rasa khawatir akan keluarga di Tanah Air, membuat tim Indonesia saling menguatkan satu sama lain.
Tim Thomas Indonesia yang masuk dalam Grup B sukses dengan mudah mengalahkan lawan-lawannya, seperti Malaysia (4-1), Korea Selatan (4-1), dan Belanda (5-0).
Menjadi juara grup, Tim Thomas Indonesia berjumpa dengan China di babak semifinal dan mampu memenangkan laga penting ini dengan hasil akhir 3-2, 23 Mei 1998.
Lalu pada partai final, Tim Thomas Indonesia kembali berjumpa Malaysia. Mengingat keduanya telah bertemu pada fase grup dan Indonesia dinilai bisa mengalahkan lawan dengan mudah.
Meski begitu Tim Thomas Indonesia sempat mendapat perlawanan sengit di mana Hariyanto Arbi kandas di laga pertama oleh Ong Ewe Hock (14-18, 7-15).
Kemudian berhasil dibalas oleh Ricky Subagja/Rexy Mainaky, Hendrawan, dan Candra Wijaya/Sigit Budiarto. Di laga terakhir Joko Suprianto kandas dari lawannya. Skor akhir 3-2.
Menurut Rexy Mainaky, dicuplik Kompas, kalau saat tanding itu konsentrasi tim bulutangkis Indonesia terpecah. Meski begitu semangat untuk menjadi juara begitu tinggi.
Sedangkan Tim Uber Indonesia juga tampil begitu prima kala mengalahkan Inggris (5-0), Korea Selatan (3-2), dan Belanda (3-2) dan menjadi jawara Grup B.
Saat melakoni laga semifinal melawan Denmark, Tim Uber Indonesia juga menang telak 4-1. Namun sayang di laga puncak Tim Uber Indonesia takluk dari China 1-4.
Pasca berhasil mempertahankan gelar Thomas Cup (meski gagal merengkuh Uber Cup), tim bulutangkis Indonesia kembali pulang ke Tanah Air dan disambut Presiden Ke-3 RI BJ Habibie.
Dalam sambutan tersebut, tunggal putra Indonesia Hendrawan ternyata masih ingat dengan apa yang disampaikan oleh BJ Habibie.
"Pak Habibie cuma bilang kepada Tim Piala Thomas yang juara pada situasi sulit. 'Sedikitnya bisa mengobati luka bangsa akibat kerusuhan'," ujar Hendrawan dikutip Antara.
Selain itu tunggal putri Susy Susanti juga menuturkan kenangan berjumpa BJ Habibie pasca tanding pagelaran Uber Cup 1998 di Hong Kong.
Susy menuturkan kalau dalam sambutannya, BJ Habibie mengatakan di tengah ketidakpercayaan negara-negara lain atau di tengah kisruh di Indonesia.
"Indonesia tetap ada dan bisa berikan prestasi lewat bulutangkis," papar Susy kepada wartawan.
Hingga saat ini prestasi bulutangkis Indonesia di dunia masih terus membanggakan. Berbagai gelar telah diraih anak bangsa ketika bertanding di berbagai kejuaraan.
Sekadar informasi kalau BJ Habibie telah meninggal dunia pada usia 83 tahun di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (11/09/19) petang WIB.
Informasi mengenai berpulangnya BJ Habibie disampaikan langsung oleh sang putra, Thareq Kemal. Kabar duka ini membuat Indonesia kehilangan sosok orang yang hebat.