Para Srikandi Tunggal Putri Indonesia yang Sempat Berjaya Usai Era Susi Susanti
FOOTBALL265.COM - Berikut deretan tunggal putri bulutangkis Indonesia yang sempat berjaya setelah era keemasan Susi Susanti berakhir. Siapa sajakah mereka?
Sebagai salah satu kiblat bulutangkis dunia, Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis dalam sektor tunggal putri.
Jangankan bintang, untuk sekadar mendapatkan Raihan juara dari sektor tunggal putri saja, wakil-wakil Indonesia sangat kesulitan untuk meraihnya.
Padahal jika melihat masa-masa beberapa dekade sebelumnya, bulutangkis Indonesia cukup rajin melahirkan sejumlah tunggal putri papan atas dunia yang bisa membawa pulang berbagai raihan gelar ke Tanah Air.
Mulai dari juara di berbagai turnamen BWF, juara di level regional, kejuaraan dunia, Olimpiade hingga gelar prestisius beregu putri Uber Cup bisa dibawa pulang mereka.
Salah satu tunggal putri yang paling sering mengharumkan nama bangsa adalah Susi Susanti. Semasa aktif bermain, atlet kelahiran Tasikmalaya tersebut mampu merengkuh beberapa gelar bergengsi.
Diantara yang paling prestisius adalah emas Olimpiade Barcelona 1992. Selain itu, Susi Susanti juga meraih gelar Juara World Championship 1993, All England 1990, 1991, 1993, World Cup 1989, serta Piala Uber 1994 dan 1996.
Namun sayang, selepas Susi Susanti gantung raket prestasi tunggal putri Indonesia mengalami penurunan prestasi dan dianggap tengah mati suri hingga saat ini.
Meski belum ada yang bisa menyamai catatan Susi Susanti, namun ada beberapa tunggal putri Indonesia yang sempat mengharumkan nama Indonesia selepas era sang legenda.
Lantas siapa sajakah para pebulutangkis tersebut? Lebih lengkapnya berikut INDOSPORT coba merangkum serta mengulasnya.
Mia Audina
Nama pertama adalah Mia Audina. Memegang tampuk estafet tunggal putri dari tangan Susi Susanti, Mia Audina mampu menjawabnya dengan sejumlah gelar juara.
Mulai dari Medali Perak Olimpiade Atlanta 1996, Juara Indonesia Terbuka 1998, Juara Jepang Terbuka 1997, Juara Singapura Terbuka 1997, serta Juara Piala Uber 1994 dan 1996 sempat ia genggam.
Sayang Ketika memasuki dekade 2000-an, tunggal putri yang sempat mendapatkan julukan 'Si Anak Ajaib' itu memilih hengkang ke Belanda dan berganti kewarganegaraan.
1. Maria Kristin Yulianti
Pindahnya Mia Audina menjadi warga negara Belanda, membuat estafet kejayaan tunggal putri Indonesia terhenti dan para penerus setelahnya dipaksa ‘lari’ untuk bisa mengejar catatan prestasi Mia.
Maria Kristin Yulianti, menjadi atlet yang sempat membuat Indonesia punya harapan besar untuk kembali berjaya di nomor perorangan wanita.
Beberapa gelar bergengsi yang pernah diraih antara lain medali emas SEA Games 2007, serta perunggu Olimpiade 2008. Namun sayang, pada tahun 2012 Maria terpaksa gantung raket alias pensiun dini akibat cedera lutut kanan yang berkepanjangan.
Fitriani
Berikutnya ada Fitriani, pebulutangkis berusia 21 tahun tersebut sempat beberapa kali membuat kejutan dengan mengalahkan beberapa lawan kuat di berbagai ajang BWF.
Namun inkonsistensi yang sering ia lakukan, membuat Fitriani lebih sering gagal menjadi juara. Meski begitu, Fitriani tetap pernah mengharumkan nama Indonesia seperti saat ia menjuarai Thailand Masters 2019 lalu, atau dua kali runner up pada ajang World Junior Championships tahun 2013 dan 2014.
Gregoria Mariska Tunjung
Terakhir ada Gregoria Mariska Tunjung, dan mungkin menjadi harapan bulutangkis Indonesia di nomor tunggal putri saat ini.
Melansir laman resmi BWF, saat ini Gregoria Mariska Tunjung duduk di ranking 21 dunia. Catata tersebut merupakan peringkat tertinggi dari tunggal putri Indonesia yang lain sampai bulan Juli 2020.
Beberapa gelar di level BWF International Challenge/Series pernah dimenangkan Gregoria Mariska Tunjung, seperti Finnish Open, Indonesia International serta Singapore International.