x

Mengintip Bulutangkis di Tuvalu, Negara Terkecil Keempat di Dunia

Minggu, 2 Agustus 2020 08:33 WIB
Editor: Arum Kusuma Dewi
Pemandangan pulau Tuvalu.

FOOTBALL265.COMFederasi Bulutangkis Dunia (BWF) terus menjalankan sejumlah program untuk mempopulerkan olahraga tepok bulu ke seluruh dunia. Salah satu programnya bernama Shuttle Time dan menjangkau 130 negara, termasuk negara kecil seperti Tuvalu.

Ya, barangkali masih ada yang tak familiar dengan negara tersebut. Tidak heran, karena Tuvalu adalah negara terkecil keempat di dunia setelah Vatikan, Monako, dan Nauru. Populasinya saja hanya 11.500 orang yang menghuni 26 kilometer persegi lahan.

Sejak masuknya program BWF, olahraga bulutangkis mulai berkembang dan bahkan masuk dalam kurikulum pendidikan.

Baca Juga
Baca Juga

Fakta Unik tentang Tuvalu

Tuvalu adalah sebuah negeri mungil yang terletak di Polinesia, berada di antara Hawaii dan Australia. Negara ini mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris pada 1 Oktober 1978.

Seluruh wilayah Tuvalu terbuat dari atol koral, yakni sisa gunung berapi yang tenggelam di bawah permukaan air. Meski memiliki pemandangan indah, Tuvalu mendapatkan cap sebagai negara yang paling jarang dikunjungi di dunia.

Dengan wilayah yang sempit, warga Tuvalu kesulitan untuk membangun fasilitas olahraga indoor. Maka dari itulah BWF merancang program pengembangan bulutangkis yang bisa dimainkan di ruang terbuka.

Baca Juga
Baca Juga

Negara beribu kota di Funafuti ini tercatat sudah tiga kali mengikuti Olimpiade, tepatnya sejak 2008 di Beijing, China. Saat itu mereka mengirim tiga delegasinya: satu atlet angkat berat dan dua atlet yang bertanding di sprint 100 meter putra dan putri.

Namun dalam tiga edisi Olimpiade tersebut, Tuvalu belum mampu mendapatkan medali. Di Olimpiade Rio 2016, Tuvalu menjadi satu-satunya negara yang hanya mengirimkan satu orang delegasi.


1. Masuknya Bulutangkis

Ilustrasi bulutangkis dan raket.

Tuvalu resmi menjadi anggota Badminton Oceania sejak 2006, sebagaimana dikutip dari laman resminya. Di tahun yang sama, mereka ikut berkompetisi di South Pacific Games.

Dua tahun berselang, federasi ini memperkenalkan badminton ke dalam kurikulum pendidikan jasmani dan mulai membangun lapangan-lapangan.

Melalui program Shuttle Time, sekolah-sekolah diberikan peralatan gratis bagi para gurunya dalam mengajar aktivitas ke anak-anak usia 5 hingga 15 tahun.

Badminton Tuvalu melalui akun resminya di Facebook aktif mengabarkan berbagai kegiatan bulutangkis yang diikuti anak-anak. Salah satunya saat mereka merayakan Hari Olimpiade pada 26 Juni lalu. Mereka mengadakan kompetisi berformat round robin untuk anak-anak di bawah usia 10, 12, 14, dan 16 tahun.

Federasi Badminton Tuvalu dipimpin oleh Iakopo Molotii. Ia juga sekaligus menjabat sebagai Presiden Asosiasi Olahraga dan Komite Olimpiade Nasional Tuvalu (TASNOC).

Dalam program Shuttle Time, ia menyelenggarakan kompetisi sesudah waktu sekolah secara reguler.

Baca Juga
Baca Juga

“Jika bukan karena peralatan yang disediakan Shuttle Time, bulutangkis tak akan bisa bersaing dengan rugbi dan sepak bola, yang menjadi olahraga utama di pulau ini,” tuturnya.

Iakopo menyatakan bahwa bulutangkis mengajarkan nilai-nilai baik kepada anak-anak Tuvalu, terutama tentang sportivitas, respek, dan persahabatan.

BWFRaketBulutangkisBerita BulutangkisTuvalu

Berita Terkini