Takut Terpapar COVID-19, Lee Zii Jia Pilih Absen dari India Open 2021
FOOTBALL265.COM – Juara All England 2021 dari Malaysia, Lee Zii Jia, kemungkinan besar akan melewatkan India Open demi mempersiapkan diri ke Malaysia Open.
Dilansir dari NST.com, Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM) mengumumkan bahwa tunggal putra peringkat 8 dunia itu akan melewatkan India Open yang sedianya akan digelar 11-16 Mei 2021.
Turnamen yang akan digelar di New Delhi ini sejatinya menjadi syarat kualifikasi Olimpiade. Namun Zii Jia sendiri sudah hampir memastikan tiket menuju Olimpiade Tokyo pada Juli mendatang.
Alhasil, BAM, seperti yang disampaikan oleh direktur kepelatian Wong Choong Hann, memutuskan akan mengistirahatkan Zii Jia sehingga dirinya bisa tampil bugar di turnamen berikutnya.
Pemain berusia 23 tahun itu nantinya akan tampil dalam dua ajang berbeda setelah India Open, yakni Malaysia Open (25-30 Mei) dan Singapura Open (1-6 Juni),yang merupakan dua ajang Race to Tokyo terakhir.
“Zii Jia hampir dipastikan akan melewatkan India Open,” kata Choong Hann, dilansir dari The Star Malaysia.
“Kami harus mempertimbangkan SOP-nya karena pemain harus menjalani karantina setelah kembali dari India. Para pemain hanya punya waktu singkat untuk persiapan ke Malaysia Open,” jelasnya.
1. Kekhawatiran Kasus COVID-19 di India
Dengan Zii Jia absen, pihak BAM kemungkinan hanya menurunkan wakil gandanya di India Open. Yakni, ganda putri peringkat 11 dunia, Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean dan peringkat 19 dunia Pearly Tan/M. Thinaah.
“Untuk pebulutangkis tunggal, melewatkan beberapa hari latihan cukup sulit dan ini tidak ideal bagi mereka. Untuk ganda, dampaknya lebih kecil dan mereka akan dapat mengatur transisi dengan lebih nyaman.”
Selain alasan tersebut, pihak BAM juga mempertimbangkan banyaknya kasus COVID-19 yang melanda India. Laporan menyebutkan bahwa kasus pandemi COVID-19 di India berada di level tertinggi dalam lima bulan terakhir.
India sendiri mencatat 72.330 kasus infeksi baru pada 31 Maret, menjadikan keseluruhan kasus mereka menjadi 12,2 juta dengan lebih dari 163.000 kematian.