Krisis Finansial, BAM Diminta Tiru 'Padepokan Dubai' Milik Viktor Axelsen
FOOTBALL265.COM – Federasi Bulutangkis Malaysia (BAM) diminta meniru gaya pelatihan Dubai yang digelar Viktor Axelsen guna mengatasi krisis finansial akibat pandemi virus corona.
Malaysia cenderung menjatuhkan atlet bulutangkis yang baru merintis kariernya di level senior. Padahal, butuh setidaknya 10 tahun untuk para atlet ini masuk ke tingkat internasional.
Dilansir dari The Star, pencoretan atlet-atlet papan atas dari pelatnas ini merupakan dampak kebijakan pemotongan anggaran besar-besaran oleh kementerian olahraga.
Menurut peraih medali emas SEA Games 2001, Ong Ewe Hock, BAM seharusnya mencari solusi agar para atlet ini bisa berkembang di luar pelatnas tanpa melupakan tugasnya membela negara.
“Kami tidak bisa menyalahkan pemerintah atas pemotongan anggaran ini karena banyak yang terkena dampak pandemi Covid-19, tetapi saya lebih suka fokus mencari solusi untuk ini,” kata Ewe Hock.
“Kami cenderung fokus pada perkembangan mereka dan ketika mereka baru saja masuk ke tim senior, kami menjatuhkan mereka. Nantinya, orang tua kapok mengarahkan anaknya memilih olahraga sebagai karier,” jelas Ewe Hock.
Ewe Hock meyakini bahwa pelatnas harus memberi kesempatan ke klub profesional membantu asosiasi olahraga nasional di dalam pengembangann atlet.
Ewe Hock memberi contoh Chinese Taipei yang membiarkan klub memainkan perannya. Ini terjadi pada tunggal putrinya yang berstatus no.1 dunia, Tai Tzu-ying yang bermain untuk klub dan juga mewakili negara
1. BAM Diminta Tiru Padepokan Dubai Axelsen
Ewe Hock juga merujuk pada pemenang Olimpiade, Viktor Axelsen dari Denmark yang membentuk ‘padepokan’ di Dubai dengan mengundang beberapa pebulutangkis sebagai sparring partner.
Salah satu pemain yang diundang yakni pebulutangkis Singapura, Loh Kean Yew, yang belum lama ini menjadi juara dunia. Loh bahkan mendapat restu dari Federasi Bulutangkis Singapura untuk melanjutkan pelatihannya bersama Axelsen.
“Sekarang, masalahnya ketika para atlet ini keluar dari pelatnas, mereka sulit untuk mewakili negara,” sambungnya.
“Biarkan mereka bergabung dengan klub internasional. Misalnya, pemain bulu tangkis bisa mengikat diri dengan klub dari China misalnya, dan tetap mewakili Malaysia,” sambungnya.
“Mereka memiliki pemahaman yang baik. Ini adalah situasi win-win solution untuk semua,” tandas Ewe Hock.