Lempar Motivasi, Begini Tips Jadi Pebulutangkis Sukses Versi Legenda Taufik Hidayat
FOOTBALL265.COM – Ada beragam versi yang mendapat julukan pebulutangkis sukses. Bagi legenda Taufik Hidayat, dia melempar motivasi bahwa atlet akan hampa tanpa gelar Olimpiade.
Taufik Hidayat hadir sebagai bintang tamu dalam sebuah podcast milik pebulutangkis Denmark, Anders Antonsen yang ditemani Hans Vittinghus.
Dalam podcast berdurasi 49 menit 38 detik itu, Taufik Hidayat banyak mengenang masa-masa kejayaannya semasa menjadi atlet bulutangkis andalan Indonesia.
Salah satu momen yang menjadi pembahasan adalah saat pria berusia 40 tahun menceritakan masa-masa kejayaannya sampai merengkuh emas Olimpiade Athena 2004 silam.
Ia menegaskan bahwa tidak ada seorang pemain bulutangkis yang akan puas sebelum mendapatkan medali emas Olimpiade.
“Jika Anda memenangi banyak gelar tanpa pernah memenangkan medali Olimpiade, Anda akan merasa kecil,” ungkap Taufik Hidayat.
“Tetapi kalau sekali saja (Anda) memenangi Olimpiade,” ucap Taufik Hidayat sambil membusungkan dada melambangkan perasaan bangga dan lega.
Dalam podcast milik Anders Antonsen, legenda bulutangkis Indonesia itu juga merasa bersyukur bahwa dia diberikan kesempatan Tuhan untuk meraih emas Olimpiade.
Padahal saat berkarier di Olimpiade Sydney 2000, Taufik Hidayat memiliki peluang, namun nasib akhir membuatnya gagal meraih medali.
“Ketika itu (di Olimpiade Sydney), bahkan saya ada di peringkat satu dunia, dan mungkin terlalu percaya diri, jadi saya kalah dari Ji Xinpeng (China) di perempat final,” sambung Taufik Hidayat.
1. Pentingnya Gelar Olimpiade Bagi Atlet
Taufik Hidayat menambahkan bahwa saat itu dia berusaha untuk ‘mengubah’ nasibnya sebagai pebulutangkis pada Olimpiade 2004 dengan sebuah ambisi namun tak terlalu menggebu.
“Lalu (pada Olimpiade Athena 2004), Lin Dan kalah di babak pertama. Wah saya senang. Lalu saya terus melaju, babak pertama, perempat final, final,” cerita Taufik Hidayat.
Memang tidak semua pebulutangkis top dan terbaik akan mendapatkan kesempatan untuk meraih medali Olimpiade. Untuk itulah faktor keberuntungan dan kerja keras yang menentukan.
“99 persen kamu harus kerja keras, tetapi sisanya adalah takdir Tuhan. Kalau Tuhan berkata tidak, ya tidak (akan terjadi),” ucap Taufik Hidayat.
“Ketika Olimpiade 2004, saya (menjadi yang sangat) beruntung. Saya tidak percaya bisa memenanginya,” tutur Taufik Hidayat.
Dalam podcast tersebut, Taufik Hidayat juga menyinggung soal pensiunnya Greysia Polii, legenda bulutangkis tunggal putri Indonesia yang terkenang sebagai juara Olimpiade.
Ya, karena memang, sebelum masa pensiunnya pada usia ke-34, Greysia Polii sempat mendapatkan kado indah dengan menjuarai Olimpiade Tokyo 2020 bersama Apriyani Rahayu.
Lantas, banyak orang berbondong-bondong merayakan pensiunnya Greysia Polii di sela-sela ajang Indonesia Masters 2022 pada Minggu (12/6/22) lalu.
Diakui atau tidak, Taufik Hidayat menilai bahwa efek Olimpiade sangat berpengaruh besar pada karier Greysia Polii dan bulutangkis Indonesia.
Sebagai informasi tambahan, Taufik Hidayat selain menjuarai Olimpiade Athena 2004, juga menyabet beragam penghargaan prestisius.
Seperti meraih gelar di Indonesia Open 1999, finalis All England 1999, juara Indonesia Open 2000, juara Singapore Open 2001, dan masih banyak lagi.
2. Taufik Hidayat Berbicara soal Anthony Ginting
Selain berbicara soal pentingnya medali Olimpiade, legenda bulutangkis tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat, kembali singgung performa penerusnya, Anthony Ginting.
Taufik Hidayat membongkar kelemahan Anthony Ginting saat menjadi bintang tamu dalam podcast episode “The Badminton Experience” bersama Anders Antonsen dan Hans Vittinghus.
“Ginting sorry to say, mentalnya kadang naik kadang turun. Kalau tekniknya bagus,” komentar Taufik Hidayat dengan kritis.
Saat ini, Anthony Ginting berada di peringkat keenam dunia. Ketidakstabilan mentalnya, membuat pebulutangkis asal Cimahi itu harus tergeser dari Lee Zii Jia di posisi kelima.
Baca selengkapnya: Kembali Kritisi Performa Anthony Ginting, Taufik Hidayat: Tekniknya Bagus, Tapi