Kisah Heroik Tontowi/Liliyana Raih Medali Emas Olimpiade di Hari Kemerdekaan RI
FOOTBALL265.COM – Mengingat kembali kisah heroik Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang menyabet medali emas Olimpiade Rio 2016 di hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
Tujuh tahun yang lalu, Brasil ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan pesta olahraga terbesar dunia yakni Olimpiade 2016.
Bulutangkis atau badminton menjadi salah satu cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan di Olimpiade 2016 kala itu.
Cabor bulutangkis saat itu dilangsungkan di Paviliun Riocentro 4 yang berlangsung pada 11 sampai 20 Agustus 2016 dengan mempertandingkan 172 atlet dari 46 negara.
Atlet yang sukses berpartisipasi di Olimpiade 2016 itu hasil dari perjuangan mereka selama periode kualifikasi dari 4 Mei 2015 sampai 1 Mei 2016.
Indonesia pun menjadi negara yang turut andil mengirimkan atlet bulutangkis terbaik untuk berburu medali emas Olimpiade 2016.
Sayangnya, tekanan yang begitu besar tampil di Olimpiade, menjadi salah satu alasan terbesar bagi wakil-wakil Indonesia berguguran pada babak awal dan gagal meraih medali.
Namun beruntung, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dengan begitu heroik mampu jadi ‘penyelamat’ Indonesia karena berhasil meraih medali emas Olimpiade 2016.
Mereka berhasil meraih medali emas Olimpiade 2016 usai di final mengalahkan wakil Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dengan skor akhir 21-15 dan 21-11 hanya dalam waktu 36 menit.
Fantastisnya, kemenangan pasangan berjuluk Owi/Butet itu didapat bertepatan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT RI) yang ke-71 pada 17 Agustus 2016.
Hal yang menambah haru ketika Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berlinang air mata saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan di arena Olimpiade 2016.
Momen tersebut langsung membuat publik Indonesia merinding massal. Apalagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berpidato jika kemenangan itu didedikasikan untuk HUT-RI.
Tak kalah jadi sorotan, momen itu begitu emosional bagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang pada akhirnya mencetak sejarah sebagai ganda campuran Indoensia dengan kalungan emas Olimpiade.
Pada masa lalu, dua ganda campuran Indonesia, Tri Kusharjanto/Minarti Timur dan Nova Widianto/Liliyana Natsir, harus puas dengan raihan perak Olimpiade.
Padahal jika dirunut dari perjalanannya menyabet emas Olimpiade 2016, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sempat ‘diragukan’ mengingat performanya sebelum turnamen tak cukup stabil.
1. Kebangkitan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang Heroik
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir memang sempat terpuruk sebelum tampil di Olimpiade 2016 yang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil.
Jika mau dijabarkan, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pernah mengalami penurunan performa pada akhir 2014 dan puncaknya sebelum Olimpiade 2016.
Dalam periode tersebut, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, sering tersandung oleh rival beratnya dari China, Zhang Nan/Zhao Yunlei, sehingga sangat sulit bagi mereka untuk meraih gelar juara.
Bahkan sebulan sebelum OIimpiade 2016, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir harus kandas di babak 32 besar Australian Open dari Anders Rasmussen/Maiken Fruergaard (Denmark).
Di ajang Indonesia Open 2016, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga kandas di babak 16 besar dari Kim Astrup,/Line Kjaersfeldt (Denmark).
Performa itu membuat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir digadang-gadang bakal kesulitan untuk menggapai medali Olimpiade 2016.
Namun siapa sangka jika Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir saat itu bisa menunjukkan kebangkitan yang tepat di Olimpiade 2016.
Sejak babak pertama di Olimpiade 2016, performa Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir begitu meyakinkan saat melibas wakil Australia, Robin Middleton/Leanne Choo, 21-7, 21-8.
Keganasan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir semakin tak terbendung di babak kedua kala mereka melibas wakil Thailand, Bodin Isara/Savitree Amitrapai, 21-11, 21-13.
Di babak ketiga, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mengalahkan wakil Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying 21-15, 21-11.
Di babak perempat final, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir gacor mengalahkan wakil Indonesia lainnya, Praveen Jordan/Debby Susanto, 21-16, 21-11.
Sampai akhirnya ujian berat dihadapi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang bertemu sang rival Zhang Nan/Zhao Yunlei. Sempat diragukan, tetapi siapa sangka Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir bisa menang 21-16, 21-15.
Di final kembali dipertemukan dengan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir akhirnya menemui takdir bisa menggapai medali emas Olimpiade 2016.
Sungguh perjalanan yang pantas dikenang oleh Indonesia yang memiliki pahlawan bulutangkis seperti Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Perjuangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir akan selalu terkenang setiap kali Indonesia merayakan hari kemerdekaan tiap tanggal 17 Agustus.