Vakumnya kompetisi membuat Madura United FC menerapkan kebijakan di luar kebiasaan tim lain, dengan sistem kontrak per turnamen kepada seluruh anggota tim. Klub berjuluk Laskar Sapeh Kerap itu memberlakukan kebijakan bersifat situasional tersebut, agar lebih efisien dalam hal pengeluaran anggaran.
Nantinya, setiap pemain maupun tim pelatih akan disodori kontrak jangka pendek, bergantung turnamen yang pasti diikuti Madura United FC.
“Kami memang beda dengan tim lain, dengan tidak menerapkan kontrak per tahun kepada pemain. Mereka kami kontrak per turnamen,” tutur Haruna Soemitro.
Para pemain Madura United sedang menjalani sesi latihan
Skuad Persepam Madura United saat berlaga di pentas Liga Super Indonesia 2013
Kebijakan ini pun dinilai tepat agar pengeluaran anggaran lebih efisien. Manajemen tim yang bermarkas di Stadion Gelora Bangkalan itu tidak menerapkan sistem gaji 25 persen dari nilai kontrak setiap pemain yang berdurasi satu musim.
“Jadi kita perhitungkan soal durasi turnamen dan sebagainya. Setelah mengikuti satu turnamen, ada evaluasi untuk pemain dan pelatih. Jika ada yang tidak sesuai harapan, ya kami ganti,” tambah Manajer Madura United itu.
Manajemen sebenarnya ingin mengikat para pemain dengan kontrak panjang. Namun, belum pasti digelarnya Indonesian Super Competition (ISC) membuat Madura United kembali mempertimbangkan terkait kontrak per tahun.
“Kekhawatiran kami adalah jika nanti pemain kami kontrak setahun, lalu tidak ada turnamen dalam waktu satu sampai dua bulan, terus bagaimana? Kami tak ingin ada uang terbuang percuma,” Haruna Soemitro menjelaskan.