Oliver Kahn (PART I): Cita-cita, Mimpi, dan Tangisan Pilu
Kahn berhasil menunjukan keberhasilannya bersama Bayern di pentas sepakbola Jerman. Ia ingin sekali membawa Die Roten menjadi juara Eropa.
Kesempatan itu datang kala Bayern berjumpa Manchester United pada final Liga Champions musim 1998-1999. Pertandingan tersebut akan berlangsung di kandang Barcelona, Camp Nou.
Apakah mimpi saya bakal terwujud?. Itulah pertanyaan yang muncul di dalam diri seorang Khan.
Rasa tegang, cemas, gembira, dan semangat menjadi satu dalam diri Kahn. Ia memulai pertandingan dengan penuh kepercayaan diri yang tinggi.
Pasalnya, Bayern sudah unggul di menit keenam. Die roten unggul melalui sepakan tendangan bebas yang dieksekusi Basler.
Kahn dengan sigap selalu menghalau serangan The Red Devils. Hingga wasit meniup peluit panjang, skor 1-0 untuk Bayern tetap bertahan.
Di babak kedua, Kahn makin trengginas. Ia membuat dua striker MU, Dwight Yorke danb Andy Cole frustasi.
Wajah tegang, konsentrasi, dan percaya diri menghiasi Kahn sepanjang menit-menit akhir babak kedua. Selangkah lagi mimpinya membawa Bayern menjadi juara Eropa akan terwujud.
Sayang kesigapan Kahn gagal dikuti rekan-rekannya yang menghuni lini pertahanan. Ia gagal membuat gawang Bayern tetap perawan.
Oliver Khan tertunduk lesu dikalahkan Manchester United.
Gawang Kahn dibobol dua kali oleh Manchester United. Masing-masing dicetak oleh Teddy Sheringham pada menit ke 90+1 dan Ole Gunnar Solskjaer menit ke-90+3.
Wasit Pierluigi Collina akhirnya meniupkan pertandingan berakhir. Manchester United akahirnya keluar sebagai juara Liga Champions secara dramatis.
Kahn langsung tertunduk lesu di depan gawangnya. Ia tak menyangka gawang yang dikawalnya bobol hanya dalam waktu dua menit.
Tangisan menghiasi wajahnya. Mimpinya yang selalu terwujud kini berakhir tangisan. Ia gagal membawa Bayern menjadi juara Liga Champions.