Euro 2016

(ANALISIS) Islandia dan Wales Berpotensi Ulangi Kejayaan Yunani di Euro 2004

Rabu, 29 Juni 2016 08:25 WIB
Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:
Permainan tim

Publik terhenyak saat Islandia di babak 16 besar mampu membuat Wayne Rooney Cs angkat koper dari Euro 2016. Padahal dari segala lini, Inggris jelas lebih unggul segalanya dibanding Islandia. 

Bahkan dari seluruh skuat Islandia yang dibawah ke Euro 2016 senilai dengan satu orang pemain termahal Inggris, Raheem Sterling. Minus pemain bintang, Islandia mampu membuat Inggris tertunduk malu. 

Kekuatan Islandia jelas terletak pada permainan tim. Duo pelatih Islandia, Lars Lagerback dan Heimir Hallgrimsson meracik tim dengan pemusatan permainan pada semua lini, utamanya pada sektor tengah. 

Gelandang tengah mereka, Gylfi Sigurdsson menjadi ruh pada permainan Islandia sejak babak kualifikasi dan fase grup Euro 2016. Kelemahan Islandia soal pengalaman mampu ditutup apik oleh pola permainan tim yang mengandalkan serangan balik dari sektor tengah dan sayap. 

Menariknya pola formasi 'kuno' yang digunakan duo pelatih Islandia mampu beradaptasi dengan cepat saat sudah turun ke lapangan. Islandia mampu mengubah formasi mereka dari 4-4-2 menjadi 4-2-3-1 yang terbukti membuat susah tim lawan tembus lini belakang mereka. 

Peran dan tugas dari masing-masin pemain pun dengan tepat diberikan oleh duo pelatih Islandia. Seperti dilansir dari The Guardian, Johann Gudmundsson atau Emil Hallfredsson merupakan gelandang yang menguasai sisi sayap. Peran keduanya pun saling menutup, Gudmundsson fokus apda serangan sementara Emil akan menutup celah di lini belakang pada sektor sayap kanan. 

Selain itu, peran dari seorang, Birkir Bjarnason juga patut untuk jadi sorotan. Pasalnya, gelandang berusia 28 tahun ini ialah si pengakut air di lini tengah Islandia. Tugasnya hanya merusak permainan lawan dan mengalurkan bola ke sisi sayap Islandia. 

Jika melihat perjalanan Yunani pada perhelatan Euro 2004, hal serupa juga dilakukan oleh pelatih negeri para dewa saat itu, Otto Rehhagel. Tidak ada satu pun pemain yang dibawa pelatih asal Jerman itu yang berstatus pemain bintang, permainan defensif dan kekompak antar lini jadi kekuataan Yunani saat itu.