Exco PSSI sempat mengakui tujuh klub yang dulu dihukum sejak kompetisi unifikasi 2013, yaitu Persebaya 1927, Arema Indonesia, Persewangi Banyuwangi, Persibo Bojonegoro, Persema Malang, Lampung FC, dan Persipasi Bekasi.
Namun, keputusan yang dibuat pada Selasa malam (06/09/16) belum akhir dan masih harus ditentukan lewat kongres di Makassar, 17 Oktober 2016, mendatang.
"Hal tersebut tergantung hasil pembahasan yang akan dilaksanakan ketika Kongres 17 Oktober di Makassar dan itu juga ditentukan bagaimana pemilik suara yang memiliki hak memutuskan," kata Sekjen PSSI, Azwan Karim, di Jakarta, Rabu (07/09/16).
Nantinya Azwan juga akan mengirimkan surat kepada tujuh klub sepakbola Indonesia yang tengah dalam masa hukuman PSSI untuk hadir di Kongres Pemilihan. Dalam acara tersebut pemilik suara juga akan mendapat penjelasan mengenai alasan mengapa ketujuh klub tersebut boleh berlaga di Divisi Utama.
"Kami akan terbitkan surat untuk ketujuh klub itu agar hadir di Kongres Pemilihan, untuk dibahas dan dijelaskan ke para pemilik suara situasi para klub tersebut. Intinya sesuai statuta yang ada dan kenapa ditentukan di divisi utama karena mereka pernah main di liga teratas," tutur dia.
Sebelumnya, diketahui Persebaya Surabaya, Arema Indonesia, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, Lampung FC, Persipasi Bekasi, dan Persewangi Banyuwangi dicoret dari keanggotaan PSSI karena mereka dianggap mengikuti kompetisi ilegal, yaitu IPL (Indonesian Premier League) saat terjadi dualisme pada 2013.
Namun, sejatinya dualisme sudah lebih dulu terjadi pada 2011, yang saat itu Ketua Umum PSSI diisi oleh Djohar Arifin.
Hasil dari perubahan kursi ketua di PSSI berimbas pada IPL jadi kompetisi resmi tertinggi di Indonesia. Namun, gejolak kembali terjadi di 2013 dan ISL kembali jadi kompetisi yang resmi.
Pada saat itu pun tujuh klub yang menolak untuk percaya dengan ISL tetap berkompetisi di IPL. Alhasil, PSSI memberikan hukuman kepada klub-klub tersebut.