Gapai Mimpi di Luar Negeri, Bagaimana Peran PSSI dan Pemerintah terhadap Nasib Pesepakbola Indonesia
Beberapa masalah yang dihadapi pemain muda yang ingin berkarier di luar negeri adalah terkendala masalah administrasi baik visa untuk izin tinggal maupun bekerja.
Hal ini pula yang terus diperjuangkan oleh Ivan Trianto ayahanda Tristan Alif. Sang anak sebenarnya tak bisa bergabung dengan klub luar dengan alasan tak bisa dikontrak karena masih di bawah 18 tahun. Namun, ada cara lain jika mengacu pada Artikel 19 Butir ke-2.
Pada Poin A, FIFA menjelaskan bahwa, transfer internasional bisa dilakukan jika orang tua pindah ke negara tempat klub yang dituju dengan alasan yang tidak terkait sepakbola, contoh: punya pekerjaan di perusahaan setempat.
Menurut Ivan, anaknya hanya memiliki satu jalan yakni di pengecualian dalam peraturan FIFA di Poin A tersebut. Pengecualian akan bisa terlaksana jika Ivan mendapat pekerjaan dan surat izin tinggal.
"Caranya hanya dua jika hal ini bisa terlaksana yakni, saya bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia sebagai apapun, yang kedua saya bekerja di perusahaan Indonesia di luar negeri, dan kami sudah tempuh itu," kata Ivan.
Namun menurut Ivan, sejak 2013 hingga 2016 ini belum ada bantuan maksimal dari pihak pemerintah. Baru pada 2015, ia mendapat undangan untuk bertemu Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang dipimpin oleh Imam Nahrawi. Saat itu, Imam mengatakan akan coba berbicara kepada pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) agar mendapat solusi konkret.
Namun hingga Alif berangkat ke Spanyol beberapa waktu lalu, solusi konkret dari pihak yang membantu Alif tidak jua terwujud.
Meski begitu, Ivan mengaku masih berharap bisa mendapat bantuan dari Kementerian lainnya. Ivan pun menyebut jika ia sempat mendapat bantuan pekerjaan dari pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Diusulkan kepada KBRI Belanda untuk bekerja menjadi staf di Sekolah Indonesia Netherland oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan namun tidak ada respon dari pihak KBRI," kata Ivan.
Nasib kurang beruntung juga dialami Yussa Nugraha yang gagal bergabung dengan SC Feyenoord karena terhalang masalah visa. Namun, jawaban dari pemerintah dalam hal ini Kemenpora dinilai belum memuaskan karena belum ada langkah konkret.
"Ketentuan di Belanda memang ketat seperti itu, tetapi kami akan tetap coba," jelas Gatot S. Dewa Broto selaku juru bicara Kemenpora menjawab kasus Yussa Nugraha.