Sepakbola Jadi Alat Mesir untuk Bangkit Usai Alami The Arab Spring
Pasca jatuhnya rezim Hosni Mubarak dan digantikan dengan sejumlah pemerintah berkuasa dari sipil dan militer, Mesir sebenarnya belum benar-benar pulih dari luka.
Di 2015 saja misalnya, aksi-aksi kekerasan masih sangat sering terjadi. Aksi-aksi kekerasan tersebut bahkan tidak hanya menyasar pada kelompok aktivis politik namun juga para suporter sepakbola.
Hal tersebut bisa terjadi karena sebagian besar kelompok suporter sepakbola di Mesir memang menjadikan momentum Arab Spring sebagai corong untuk menyuarakan banyak kebobrokan yang terjadi di sepakbola Mesir.
Meski masih dilanda banyak aksi kekerasan dan sejumlah aksi demo, sepakbola Mesir berusaha bangkit. Seperti dilansir dari sbnation.com, Mesir sejak 2011 lalu masih mengirimkan Tim Nasional mereka untuk bertanding di ajang resmi baik yang diselenggarakan FIFA ataupun CAF.
Federasi Sepakbola Mesir pun tak main-main untuk membangun kekuataan Timnas mereka. Federasi Sepakbola Mesir bahkan mengontrak sejumlah pelatih berpengalaman untuk mengarsiteki Timnas.
Nama-nama seperti Bob Bradley (mantan pelatih Timnas Amerika Serikat) hingga eks pelatih Inter Milan asal Argentina, Hector Cuper diminta untuk melatih Timnas Mesir.
Penujukkan Cuper pada Maret 2015 lalu menjelang perhelatan Piala Afrika tahun ini merupakan komitmen nyata dari Federasi Sepakbola Mesir untuk kembali menunjukkan pada dunia bahwa The Pharaohs masih eksis.
Namun Cuper belum menujukkan hal bagus bersama Timnas Mesir, wajar sebenarnya jika Cuper belum berbuat banyak. Pasalnya banyak ketidakberesan yang terjadi di sepakbola Mesir usai Arab Spring.
Mulai dari sanksi domestik selama dua tahun dari FIFA kepada sepakbola Mesir hingga masih bercokolnya sejumlah kepentingan rezim politik di susunan pemain untuk Timnas Mesir.
Cuper sendiri sebenarnya sudah berusaha untuk memanggil sejumlah pemain terbaik dari klub lokal Mesir namun sayang masalah politik membuat pria Argentina itu hanya mampu membangun setengah kekuatan dari klub lokal.