Data dari Perserikatan Bangsa-bangsa yang dilansir dari situs resmi mereka menyatakan bahwa ada 10.000 orang tewas akibat konflik di Yaman. Di sejumlah negara lain di kawasan Timur Tengah seperti di Syria, ribuan orang juga harus merenggang nyawa dan kehilangan tempat tinggalnya.
Mereka yang selamat berupaya mencari jalan keluar untuk keluar dari 'neraka' dunia ini. Arus pengungsi pun mulai membanjiri dataran Eropa. Dilansir dari situs pemerintah Italia misalnya, di awal Februari 2017 ini tercatat ada 1300 pengungsi yang berupaya masuk ke Italia lewat jalur laut.
Sejumlah negara termasuk Italia di Eropa memang menjadi tujuan para pengungsi ini. Salah satu negara yang memiliki jumlah pengungsi paling banyak ialah Jerman.
Biro statistik Jerman menyebut per 2016, populasi Jerman tumbuh sebanyak 600 ribu orang, hal ini disebabkan kedatangan para pengungsi ini. Pro kontra dari orang asli Jerman pun bermunculan terkait keberadaan para pengungsi ini.
Mereka yang kontra menganggap para pengungsi ini hanya menambah beban hidup ekonomi dan sosial orang Jerman. Sadar bukan berada di tanah kelahiran sendiri, para pengungsi ini berupaya untuk lebih berguna.
Upaya memperbaiki hidup yang dilakukan para pengungsi dilakukan dengan banyak cara, salah satunya ialah lewat jalur sepakbola. Sebagai negara sepakbola, Jerman memang memberikan peluang untuk para pengungsi ini untuk bisa mendapatkan panggung di sepakbola.
Klub sepakbola pun coba didirikan oleh para pengungsi ini. Setali tiga uang dengan kaum pengungsi Rohingya di Australia misalnya yang mendirikan The Lakemba Roos, di Jerman juga ada klub sepakbola bernama FC Lampedusa.
FC Lampedusa merupakan klub berlokasi di kota Hamburg, Jerman yang mendapat dukungan penuh dari klub penghuni Bundesliga 2, St Pauli. Banyak kisah menarik dari pendirian klub ini. Salah satunya ialah soal penamaan klub ini.
Dilansir dari vermelho.org.br, nama Lampedusa dipilih berdasar sisi historis para pengungsi ini atas tanah kelahiran mereka. Lampedusa merupakan nama sebuah pulau di Laut Mediterania yang secara historis memiliki kedekatan dengan para pengungsi ini, utamanya mereka yang berasal dari Libya dan negara-negara di kawasan Afrika Utara.