Krisis Diplomatik Qatar dan Nasib Piala Dunia 2022
Kontroversi sepertinya menjadi "kawan baik" Qatar sejak lolosnya negara ini sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Banyak yang menyoroti penunjukan Qatar oleh FIFA pada tanggal 2 Desember 2010 lalu, termasuk dari negara-negara Timur Tengah sendiri.
Kala itu, Qatar berhasil lolos secara mengejutkan setelah menyingkirkan Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Sejak putaran awal mayoritas suara dari 22 anggota komite eksekutif FIFA sudah memilih Qatar.
Kandidat |
Perolehan Suara (Putaran 1) |
Perolehan Suara (Putaran 2) |
Perolehan Suara (Putaran 3) |
Perolehan Suara (Putaran 4) |
---|---|---|---|---|
Australia | 1 | Tersingkir | Tersingkir | Tersingkir |
Jepang | 3 | 2 | Tersingkir | Tersingkir |
Korea Selatan | 4 | 5 | Tersingkir | Tersingkir |
Amerika Serikat | 3 | 5 | 6 | 8 |
Qatar | 11 | 10 | 11 | 14 |
Banyak yang menganggap terpilihnya Qatar sebagai hal yang kontroversial. Banyak faktor yang membuat hal ini terjadi, seperti isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang belum beres, masalah terorisme, kesetaraan gender, cuaca panas ekstrem yang kurang kondusif untuk turnamen, hingga kecilnya teritorial Qatar untuk penyelenggaraan Piala Dunia.
Namun hal tersebut dibantah oleh Sheikh Mohammed bin Hamad Al-Thani yang memimpin pencalonan Qatar. Ia menganggap segala tudingan tersebut hanya sebatas kesalahpahaman, meskipun menurut The Guardian (02/12/10) laporan lembaga Amnesti Internasional mengungkapkan sebaliknya.
Setelah ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar langsung melakukan persiapan besar-besaran. Negara terkaya di dunia dari segi pendapatan per kapita ini langsung menggelontorkan dana tak kurang dari 500 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp6,65 triliun per pekan untuk pembangunan infrastruktur seperti stadion, jalan raya, bandara internasional terbaru, dan rumah sakit.
"Kami menggelontorkan dana hampir 500 juta dolar Amerika Serikat per pekan untuk merampungkan proyek ini. Dan semua pengerjaan akan selesai dalam waktu tiga atau empat tahun. Kami bekerja keras agar semua orang melihat bahwa kami sudah siap untuk menggelar Piala Dunia tahun 2022 mendatang," kata Ali Shareef Al-Emadi, Menteri Keuangan Qatar.
Namun dalam perkembangannya, Qatar pun menghadapi sederet masalah dalam proses persiapan ini. Mulai dari isu perlakuan buruk terhadap pekerja migran, permasalahan dana, dugaan korupsi, polemik undang-undang anti-homoseksualitas, hingga masalah cuaca yang mengakibatkan perubahan jadwal event dari bulan November menjadi Desember 2022.
Tak sampai di situ, kini kondisi Qatar diperparah dengan krisis diplomatik yang melanda negaranya. Pasalnya, secara mengejutkan dalam dua hari terakhir ini, tak kurang dari 7 negara telah putuskan hubungan diplomatik dengan negara di Teluk Persia ini.