Persija Jakarta terpaksa angkat kaki dari homebase saat ini, Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi. Kericuhan penonton di luar stadion pada pertandingan sebelumnya menjadi penyebab.
Macan Kemayoran mau tak mau harus mencari stadion pengganti untuk menjamu Sriwijaya FC, Jumat, (16/06/17) pada laga kandang berikutnya. Stadion Wibawa Mukti di Cikarang menjadi pilihan yang realistis bagi klub ibu kota.
Direktur Utama Gede Widiade menjelaskan duduk persoalan Persija yang kembali terusir dari ‘rumahnya’. Pada pertandingan melawan Perseru Serui di Stadion Patriot pekan lalu, beberapa penonton tak bertiket memaksa menjebol pintu Stadion Patriot hingga menyerang petugas kepolisian yang berjaga.
Baca Juga: |
---|
“Lawan Sriwijaya FC, kemungkinan besar akan bermain di sana (Cikarang) tapi belum pasti, keputusannya besok (hari ini),” ujar Gede kepada wartawan.
“Karena kemarin pas lawan Perseru ada beberapa orang yang sengaja mau masuk dengan memaksa. Mereka itu bukan Jakmania karena ketika didatangi oleh Ketua Umum Jakmania, Ferry Indrasjarief dan koordinator lapangan (korlap), mereka tidak mengenali dan malah menjurus melawan. Hasilnya, bentrok dengan pihak kepolisian,” tambah Gede.
Akibat kejadian itu, beberapa petugas keamanan menjadi korban. Masyarakat umum pun tak luput menjadi dampak dari kericuhan itu.
“Beberapa polisi mengalami luka bocor di kepalanya. Lalu ada masyarakat umum dan wartawan yang juga kepalanya bocor. Mereka langsung dibawa ke rumah sakit besar di daerah Bekasi untuk segera ditangani,” papar Gede.
Padahal sebelumnya, Persija telah mendapat garansi dapat menggelar laga melawan Laskar Wong Kito di Stadion Patriot. Namun, harapan pihak Persija buyar akibat kericuhan tersebut.
“Kami sebenarnya sudah mendapat izin pertandingan untuk melawan Sriwijaya FC di Patriot tetapi dikarenakan ada hal-hal yang merugikan. Jadi pihak Polda Metro Jaya sepertinya tidak mengizinkan kita bermain di sana. Bagi saya tidak bermain tanpa penonton tidak masalah ketimbang harus mengungsi ke Stadion Manahan, Solo,” jelas Gede.
Dampaknya, laga melawan Sriwijaya FC juga berstatus tanpa penonton. “Pada match kemarin saya jual ke Jakmania sebanyak 15 ribu tiket. Lalu saya jual sekitar 6.000 tiket di stadion tapi malah tidak habis dan mereka itu maunya masuk tanpa beli tiket. Terjadi lah lempar-lemparan batu di tribun utara dan barat,” tandas Gede.