Bhayangkara FC, Dari Konflik hingga 'Kawin' dengan Polisi

Senin, 10 Juli 2017 20:24 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Indonesiansc
undefined Copyright: © Indonesiansc
undefined
Terbentuknya Bhayangkara FC

Di tengah tidak adanya kompetisi sepakbola di Tanah Air, pasca sanksi yang diberikan oleh FIFA, lantaran pembekuan PSSI oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), pihak Kepolisian Republik Indonesia berinisiatif untuk membuat sebuah turnamen. Dari situlah kemudian tercipta kompetisi Piala Bhayangkara 2016.

Tidak ingin hanya menjadi pencetus, pihak kepolisian pun memiliki keinginan untuk mengirim perwakilannya dalam turnamen tersebut. Maka dari itu, kepolisian mengirim klub amatir yang mereka punya, yakni PS Polri.

Dalam langkah awalnya di dunia sepakbola Indonesia, PS Polri menunjuk Bambang Nurdiansyah sebagai pelatih utama. Dalam skuat pertamanya, PS Polri berhasil menggaet sejumlah mantan pemain Timnas Indonesia, sebut saja Hansamu Yama Pranata, Paolo Oktavianus Sitanggang, dan Maldini Pali.

Tidak hanya itu, PS Polri juga mampu mendatangkan sejumlah nama-nama besar yang pernah mewarnai kompetisi sepakbola Tanah Air, seperti Bio Paulin, Robertino Pugliara, dan Dominggus Fakdawer. Selain itu, PS Polri juga tercatat memiliki setidaknya 15 pemain yang tidak memiliki latar belakang pemain sepakbola, melainkan anggota kepolisian.

Sayangnya, dalam langkah awalnya di turnamen Piala Bhayangkara, PS Polri gagal merebut gelar juara. Mereka tersingkir di babak penyisihan Grup B, setelah hanya bisa finis di posisi tiga, kalah saing dengan Arema Cronus dan Bali United Pusam FC yang berada di peringkat satu dan dua.

Selepas dari turnamen Piala Bhayangkara, PS Polri memiliki keingingan untuk terus ikut serta dalam parhelatan sepakbola Indonesia. Maka dari itu, mereka pun mulai mencari klub untuk diajak merger agar bisa mengikuti kompetisi Indonesia Soccer Championship 2016, kompetisi yang bisa dibilang dadakan demi mengisi kekosongan pertandingan.

Akhirnya, pada 12 April 2016 mereka mencapai kesepakatan dengan Surabaya United dan berubah nama menjadi Bhayangkara Surabaya United. Hal ini dikemudian hari muncul menjadi polemik.

Polemik itu tercipta setelah Persebaya Surabaya milik PT Persebaya Indonesia memenangkan tuntutan ke Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada Juni 2016 lalu. Saat itu PT Persebaya Indonesia menuntut pihak PT MMIB selaku pemiliki Surabaya United akrena dianggap menggunakan merek, logo, dan nama Persebaya.

Hal tersebut memaksa Bhayangkara Surabaya United berubah nama dan benar saja, pada 1 September 2016, klub berjuluk The Great Alligator itu mengubah namanya menjadi Bhayangkara Football Club yang tetap bertahan hingga sekarang.

684