3 Faktor yang Bikin Timnas U-22 Bisa Sabet Emas SEA Games
Hasil 1-1 melawan Thailand di laga perdana Timnas U-22 menjadi secercah cahaya. Jalan masih panjang, masih ada 6 laga lagi (jika tak ingin disebut singkat) untuk bisa meraih target utama.
Emas harga mati! Demikianlah titah Edy Rahmayadi kepada Luis Milla sesaat sebelum Timnas U-22 bertolak ke Malaysia.
Harapan besar masyarakat Indonesia kini bersandar pada perjudian PSSI untuk menggunakan jasa Luis Milla. Pelatih yang diangkat karena disebut PSSI karena negaranya memiliki kultur sepakbola serupa dengan Indonesia.
Luis Milla tak main-main saat membangun skuat Timnas U-22. Disiplin dan pola kekeluargaan menjadi ciri khas kepelatihannya.
Bisa dilihat bagaimana Evan Dimas dan Hansamu Yama sempat 'diparkir' dalam uji coba melawan Kamboja dan Puerto Rico, Juni 2017 silam. Keduanya disebut memiliki masalah attitude yang tak diinginkan Milla.
Namun akhirnya keduanya menjadi pilar utama Timnas U-22 saat menjalani laga di Kualifikasi Piala Asia U-23. Evan dan Hansamu menjadi pilar yang tak tergantikan dalam laga tersebut.
Hal lain yang ditekankan Milla adalah pendekatan dengan para pemain. Milla sebagai seorang profesional tahu betul bagaimana ego para pemain muda.
Untuk itu, Milla kerap mencoba berdiskusi dengan para pemain. Bahkan untuk urusan strategi, Milla tak sungkan untuk berbagi pengalaman.
Kini tinggal menunggu racikan sang arsitek juara Euro U-21 di ranah Asia Tenggara. Milla tentu tak ingin merasakan apa yang dialami Carlton Cole di Indonesia.
Sebuah dahaga prestasi dari tanah sepakbola yang tak segan untuk berlaku kasar pada sosok yang dianggap tak sesuai. Cole merasakan itu, menjadi pujaan para pendukung West Ham United, tak membuat Persib Bandung takut memecatnya karena dianggap tak kontibutif bagi tim.