Upaya menjernihkan suasana langsung dilakukan Panpel Arema FC terkait tudingan provokasi yang dilontarkan PSM Makassar. Insiden itu terjadi di akhir laga, ketika kedua pihak terlibat adu mulut dan berkerumun di sekitar meja pengawas pertandingan.
Ketegangan itu pun nyaris saja meluas, setelah penonton di Tribun VIP Stadion Kanjuruhan terpancing emosinya dan melemparkan teriakan caci maki serta sejumlah botol air mineral. Beruntung, pihak keamanan langsung tanggap dengan mengamankan sejumlah pihak yang terlibat perang mulut.
"Justru upaya kami adalah memproteksi kualitas pertandingan. Tapi sepertinya ada salah paham ketika kami mendatangi bench dari tim tamu," Sudarmaji menerangkan di hadapan awak media.
Mis Komunikasi pun terjadi, lantaran pihak PSM mengira ada upaya provokasi dengan kedatangan pihak Panpel yang bermaksud menegur beberapa anggota tim yang berada di bench pemain.
"Seperti kita lihat, ada beberapa ofisial mereka yang tidak memakai rompi karena baju yang digunakan (offisial PSM) warnanya sama dengan tim yang bertanding (biru navy, Jersey Arema FC)," Media Officer Arema FC itu menerangkan.
"Selain itu, berdasarkan manual liga, dijelaskan bahwa hanya ada satu orang yang berhak berdiri di depan bench untuk memberikan arahan. Tapi ada lebih dari satu orang yang memberikan instruksi di depan bench," tambahnya.
Arema FC juga menyesalkan respon berlebihan anggota tim PSM dengan melayangkan kata-kata tergolong kasar dan mengandung unsur SARA. Padahal, kedatangan Panpel sudah berdasarkan aturan dan memiliki itikad yang baik untuk menghindari sanksi.
"Ada teriakan menyinggung kesukuan pada saat mis komunikasi. Kalau menurut ukuran kita, kata-kata itu tidak pantas diucapkan dan termasuk kasar," kata Sudarmaji, yang enggan menjelaskan kata-kata apa yang diucapkan.