Kebanyakan tipe penyerang kelas dunia identik dengan kemampuannya dalam mencetak gol. Sebut saja pemain seperti Luis Suarez, Robert Lewandowski, dan Gonzalo Higuain yang dianggap sebagai striker murni di era sepakbola modern ini.
Atau nama-nama seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, tipe penyerang yang bermain melebar sehingga bisa bertukar posisi dengan sayap. Ada juga pemain sekelas Ibrahimovic dan Edinson Cavani, tipe penyerang yang mengandalkan kemampuan fisiknya.
Jika kita berbicara soal striker elit Eropa, mungkin ada satu nama yang sering terlewatkan. Dialah Roberto Firmino, striker Liverpool.
Seyogyanya, dirinya bukanlah seorang striker. Bahkan, pemain Brasil ini mengawali karier junior sebagai gelandang bertahan di klub Brasil, CRB.
Bahkan ketika dirinya ditransfer dari klub Bundesliga Jerman, TSG Hoffenheim, ke Liverpool pada musim 2015/16 lalu, dirinya masih diplot sebagai gelandang serang oleh manager Liverpool saat itu, Brendan Rodgers.
Barulah ketika Juergen Klopp datang ke Anfield, Firmino diplot di posisi penyerang tengah. Bahkan Klopp menyebut Firmino adalah seorang striker yang berperan sebagai gelandang, bukan gelandang yang berperan sebagai striker.
Dibawah sistem gegenpressing, Klopp memang kerap menggunakan striker false nine ketimbang striker murni, dan Firmino dianggap sebagai pemain yang tepat mengisi posisi itu.
Dengan bakat alami khas Brasil, dan asahan gaya sepak bola Jerman selama empat tahun, Firmino dianggap sebagai salah satu tipe pemain yang langka. Terbukti, dalam musim debutnya di Liga Primer, pemain kelahiran Maceio, Alagoas, 2 Oktober 1991 itu sukses mencetak 10 gol plus 10 assist.
Di musim keduanya, Firmino mendapat kebebasan dari Klopp untuk bergerak. Hal ini dimanfaatkan Firmino untuk tak sekadar mencetak gol, melainkan juga membuka ruang demi Sadio Mane dan Philippe Coutinho, atau bahkan Divock Origi.
Tak heran apabila empat pencetak gol utama musim lalu, semuanya hampir mencetak gol dengan jumlah yang sama. Coutinho dan Mane mencetak 13 gol, Firmino sendiri mencetak 11 gol. The Kop pun aman finis di posisi empat besar, sekaligus lolos ke Liga Champion musim ini.
Data dari statistik lainnya pada musim lalu juga menunjukkan bahwa Firmino bukanlah penyerang biasa. Dirinya kerap menjadi benteng pertahanan pertama Liverpool, dengan aktif melakukan tekel apabila lawan mencoba melakukan fast break.
Bahkan jumlah tekel yang dilakukan Firmino (58 kali) lebih banyak ketimbang tekel yang dilakukan pemain bertahan sekelas Shkodran Mustafi (Arsenal, 54), ataupun Gary Cahill (Chelsea, 53).
Yang membuat Firmino layak disejajarkan dengan para striker elit Eropa lainnya adalah dari kemampuannya menciptakan peluang. Menurut statistik dari Squawka, sepanjang musim 2016/17 Firmino sukses mencetak 76 peluang, lebih tinggi ketimbang Ronaldo dan Lewandowski (30), ataupun Antoine Griezmann (57). Firmino hanya kalah dari Messi yang sukses mencetak 78 peluang.