Kisah dongeng Suriah di babak kualifikasi Piala Dunia 2018 menyita banyak pencinta sepabola internasional. Dengan kondisi dalam negeri yang hancur akibat perang dan saat ini menumpang home base pada Malaysia, Suriah memiliki kans cukup besar untuk bisa tampil di Rusia 2018 (hingga artikel ini rilis, laga leg kedua antara Suriah vs Austrlia ber-agregat 2-2).
Yang menarik dan tak habis pikir selain kondisi dalam negeri yang sudah hancur akibar perang tak berkesudahan ialah soal semangat dan kecintaan para pemain dan pelatih Suriah mengarungi babak kualifikasi Piala Dunia 2018. Asisten pelatih Suriah, Tarek Jabban seperti dikutip dari reuters.com (10/10/17), ternyata hanya mendapat gaji sebesar 100 dollar per bulan atau setara dengan Rp 1,3 juta. Nilai Upah Minimum Regional (UMR) Jakarta bahkan lebih tinggi dari gaji Tarek Jabban.
Meski dengan kondisi yang sangat memperihatinkan, Jabbar mengatakan bahwa semangat dirinya dan penggawa Timnas Suriah lain untuk terus berjuang karena hanya lewat sepakbola, rakyat Suriah memiliki harapan.
"Dalam sepakbola tidak yang mustahil, selalu ada harapan," kata Jabbar.
Ditambahkan Jabbar meski berada di kondisi yang nyaris dipercaya oleh banyak orang, Jabbar menyebut selalu ada rasa optimisi di Timnas Suriah. "Kami selalu optimis dengan apa yang kami jalani sekarang, sesulit apapun kondisi kami," kata Jabbar.
Sekedar informasi, Suriah di leg kedua melawan Australia sempat unggul 1-0 di menit awal pertandingan. Lewat permainan yang ciamik penyerang Suriah bernomor punggung sembilan, Omar Al Somah berhasil menyarangkan bola ke gawang Australia. Sayang Tim Cahill sukses menyamakan kedudukan menjadi 1-1 pada menit ke-12.