Di era sepakbola modern, fenomena seorang pemain yang sering bergonta-ganti klub adalah sebuah kewajaran. Tak jarang, seorang putra daerah bisa menjelma menjadi musuh publik lantaran berhasil meraih kemenangan ketika membela klub lain.
Hal seperti itu yang kini dirasakan Teguh Amiruddin. Penjaga gawang PS TNI itu mengaku merasa bersalah lantaran sudah sedikit menyakiti hati segenap Aremania.
Pasalnya, Arema gagal meraih kemenangan pasca ditahan imbang 1-1 oleh PS TNI pada laga pekan ke-29 Liga 1 yang dihelat di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (14/10/17).
"Sebagai arek Malang, saya minta maaf karena sudah membuat Aremania emosi," tutur Teguh Amiruddin saat mendampingi pelatih Rudy Eka Priyambada dalam sesi konferensi pers usai pertandingan.
Ribuan Aremania memang tampak geregetan melihat berbagai aksi Teguh kala membentengi gawang tim berjulukan The Army. Berbagai peluang yang dihadirkan Arema FC, kerap tak membuahkan hasil berkat aksi gemilang kiper berusia 24 tahun itu.
Rasa bersalah ini pun nampaknya wajar terjadi. Hal ini terutama karena Teguh merupakan salah satu alumni tim Arema FC saat berlaga di kompetisi U-21 pada tahun 2011 silam. Setahun setelahnya, Teguh mendapat promosi ke tim senior saat berlaga di kompetisi ISL.
"Pertama (masuk lapangan), tentu deg-degan. Apalagi, saya bermain di kota sendiri dan di depan Aremania," tuturnya.
Sedangkan mengenai aksi killing time yang dilakukannya hingga lebih dari tiga kali, Teguh menilainya sebagai bagian dari strategi. Hal itu dilakukannya sejak menit 73, pasca PS TNI menyamakan skor melalui sepakan penalti Sansan Fauzi Husaeni, setelah tertinggal lebih dulu oleh gol Esteban Vizcarra di menit 62.
"Itu bagian dari strategi. Karena bermain di kandang tim lawan, kami harus pintar-pintar memanfaatkan waktu," ungkapnya.
"Tapi saya patut bersyukur bisa bermain maksimal, dan membawa tim meraih satu poin," penjaga gawang kelahiran Malang itu mengakhiri.