Petojo ke Taman BMW: Persija Butuh Stadion, Pak Anies!
Bicara mengenai Lapangan Pulo Piun di Petojo, kita tidak bisa melepasakannya dari sejarah berdirinya klub pada November 1928. Lahir dengan nama Voetbalbond Indonesia Jacarta (VIJ), perkumpulan sepakbola pribumi pertama di Jakarta ini dalam sejarahnya menggunakan Lapangan Pulo Piun sebagai kandang untuk menggelar pertandingan.
Kala itu, Lapangan Pulo Piun selalu menjadi tempat berkumpulnya para pribumi untuk menyaksikan hiburan, utamanya sepakbola. Lapangan yang terletak di kawasan Laan Trivelli (kini Tanah Abang) itu menjadi tempat digelarnya kompetisi antar klub anggota VIJ.
VIJ berkembang dan dua tahun berselang, VIJ ikut mendirikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan keikutsertaan wakil VIJ, Mr. Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu, 19 April 1930.
Pada 1932, sosok yang nantinya dijuluki Pahlawan Nasional, Muhamad Husni Thamrin, menjadi orang yang paling berperan dalam renovasi pembangunan Lapangan Pulo Piun. Tokoh Nasional dari Sawah Besar itu membantu merenovasi berupa pemasangan pagar.
Renovasi yang menelan biaya 2000 golden tersebut juga mendorong prestasi VIJ yang Berjaya di tahun 1930an dengan menguasai kompetisi tingkat nasional yaitu tahun 1931, 1933, 1934, dan 1938. Hanya Persis Solo yang mampu melewati rekor VIJ. Persis Solo sendiri adalah salah satu pendiri PSSI selain VIJ.
Pada tahun 1942, VIJ berganti nama menjadi Persidja (Persatuan Sepakbola Indonesia Djakarta). Secara bertahap, Persidja mulai bermain di stadion yang lebih besar di wilayah Gambir, yaitu Stadion IKADA (Ikatan Atletik Djakarta). Maka, resmilah Persidja pindah kandang ke IKADA di tahun 1950.