Petojo ke Taman BMW: Persija Butuh Stadion, Pak Anies!
Ketika Gubernur Sutiyoso naik menjabat, Persija resmi pindah kandang ke Stadion Lebak Bulus di tahun 1997. Sutiyoso yang kala itu mendapuk sebagai Pembina Persija menilai pemindahan kandang Persija ke Lebak Bulus adalah demi kebaikan klub.
Ketika itu Persija membutuhkan stadion dengan kapasitas besar untuk menampung para suporter fanatiknya dalam tiap pergelaran pertandingan. Maka dari itu, Stadion Lebak Bulus pun dipilih.
Sebelum akhirnya ‘sendirian’ berkandang di Lebak Bulus, Persija sempat berbagi dengan klub Ibokota lainnya, yaitu Pelita Jaya, sampai tahun 2000.
Stadion Lebak Bulus cukup menjadi ikon bagi Persija dan juga momok bagi para musuh-musuhnya selama gelaran Liga Bank Mandiri sampai Divisi Utama. Puncaknya, kenangan Persija dan Lebak Bulus hadir pada tahun 2001 ketika tim tersebut berhasil memboyong gelar Liga Indonesia. Selain itu, selama berkandang di Lebak Bulus, Persija juga sempat mencapai final liga Indonesia 2005, namun kalah di final oleh Persipura Jayapura.
Persija menggunakan stadion berkapasitas sekitar 20 ribu tersebut selama 10 tahun. Tahun 2007 menjadi tahun terakhir Persija menggunakan Lebak Bulus untuk menggelar pertandingan.
Ketika itu, alasan yang muncul disebabkan oleh semakin banyaknya penonton sehingga tak mampu lagi ditampung oleh Stadion Lebak Bulus. Selain itu, macetnya kawasan Jakarta Selatan juga menjadi penyebab lainnya Persija mencari kandang lain.
Akhirnya, pada gelaran Indonesia Super League 2008, Persija memilih berkandang di Stadion Gelora Bung Karno walau sempat mendapat pertentangan dari sejumlah pihak.
Ketika Stadion Gelora Bung Karno tak bisa lagi menjadi kandang Persija, Stadion Lebak Bulus sudah dibongkar untuk pembangunan jalur Mass Rapid Transit. Di sinilah Persija mulai “kebingungan” mencari kandang dan mejadi tim musafir.