Bhayangkara FC berhasil memastikan 'juara' kompetisi Gojek Traveloka Liga 1 Indonesia musim 2017 ini usai meraih kemenangan atas Madura United dengan skor 3-1. Raihan titel 'juara' di musim ini sebenarnya bisa dikatakan karena mendapatkan sedikit keberuntungan bagi tim berjuluk The Guardian itu.
Pasalnya, protes tim kepada Komisi Disiplin (Komdis) PSSI dikabulkan. Sebagaimana diketahui, Bhayangkara FC mengajukan protes mengenai Mohammed Sissoko yang tampil di lapangan hijau saat sang pemain masih terkena hukuman bermain.
- Persib Degradasi, Gonzales Hengkang dari Arema FC
- Madura United 1-3 Bhayangkara FC: Kejayaan Tim Kepolisian!
- Hasil Komdis: Umuh Muchtar Dihukum 6 Bulan Terusir dari Sepakbola Indonesia
- Bareng dengan Pernikahan Anak Jokowi, Pasangan Bobotoh Kibarkan Syal Persib
- Rumor Gaji Pemain Telat Dibayar Beredar, Ini Kata Manajer PSMS
Sissoko sendiri bermain memperkuat Mitra Kukar saat bersua dengan Bhayangkara FC pada 3 November 2017 kemarin. Laga yang pada awalnya berakhir dengan hasil seri 1-1 pun berubah menjadi kemenangan bagi skuat asuhan Simon McMenemy dengan skor 3-0.
Selain itu, Komdis PSSI juga memberikan denda bagi Naga Mekes sebesar Rp100 juta karena dianggap telah melanggar aturan yang diberlakukan.
Keputusan dari Komdis PSSI itu sendiri sempat memunculkan kontroversi karena menilik tidak ada namanya Mohammed Sissoko dalam surat keterangan larangan pemain tertanggal 2 November 2017.
Terlebih lagi bagi tim Bali United, keputusan dari Komdis PSSI membuat peluang mereka untuk meraih gelar juara semakin menipis lantaran kedua tim sebelumnya sama-sama mengumpulkan 65 poin, hanya saja The Guardian masih menyisakan dua laga sisa (termasuk laga kontra Madura United yang baru berakhir).
Namun seperti yang telah diinformasikan di lead sebelumnya, bahwa Bhayangkara FC dipastikan juara berdasarkan hasil Komdis dan hitung-hitungan poin di klasemen Gojek Traveloka Liga 1. Hal tersebut dapat tertunda bila terdapat pelanggaran ekstrem, yang berpengaruh akan pengurangan poin seperti yang dikatakan oleh Joko Driyono.
Walau begitu, INDOSPORT akan memberikan beberapa fakta unik sang 'jawara' Liga 1 musim ini.
1. Tim yang Dimiliki oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)
Saham kepemilikan Bhayangkara FC sebagian besar dimiliki oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang mana sebanyak 90 persen. Sementara 10 persen sisanya dikatakan merupakan milik Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade.
Sebelumnya, Gede Widiade mempunyai saham yang banyak sebelum akhirnya dijual kepada Polri pada 2016 lalu. Penjualan saham klub kepada pihak Polri nyatanya juga membawa pengaruh bagi nama klub.
Saat mayoritas saham belum dimiliki oleh Polri, klub ini bernama Bhayangkara Surabaya United. Namun, setelah Polri yang menguasai klub asal Bekasi ini, nama pun berubah menjadi Bhayangkara FC.
2. Ditangani Pelatih Asal Skotlandia yang Fenomenal
Sebagaimana diketahui, Bhayangkara FC saat ini diarsiteki oleh pelatih asal Skotlandia, yaitu Simon McMenemy. McMenemy sendiri baru menangani Bhayangkara FC pada musim 2017 ini.
Sebenarnya, pria berusia 39 tahun ini sudah pernah meniti karier sebagai pelatih di Tanah Air, seperti membela Mitra Kukar di musim 2011 hingga 2012 lalu. Namun pada 2013 lalu usai kontaknya diputus oleh Pelita Bandung Raya (sekarang Madura United), dirinya sempat meninggalkan Indonesia sementara waktu, dikutip dari Bola (16/01/17).
Setelahnya, McMenemy memilih kembali ke Indonesia untuk bisa menjabat sebagai pelatih Bhayangkara FC. Hal itu dikarenakan dirinya memiliki kesenangan tersendiri untuk melatih pemain muda.
Saat itu, McMenemy yang diberitahukan mengenai materi pemain yang dimiliki The Guardian oleh manajemen klub pun memutuskan untuk bergabung karena merasa tim mempunyai talenta dan prospek untuk meraih juara.
Meskipun di awal musim tim Bhayangkara FC tidak terlalu diliat dan diprediksi akan menjadi juara, mereka mampu menunjukkan konsistensi di bawah arahan McMenemy sehingga mampu menyaingi tim papan atas dengan baik.
3. Dihuni Gelandang Top Beda Generasi
Jika menilik skuat Bhayangkara FC, mereka memang pantas dinilai sebagai tim perkasa dan kuat. Hal itu tidak terlepas dari susunan pemain yang dimilikinya, terutama pada posisi gelandang yang mana mempunyai gelandang top beda generasi.
Adalah Firman Utina dan Evan Dimas Darmono, yang menjadi salah satu kunci kekuatan tim berjuluk The Guardian itu. Performa mereka di lapangan hijau tentunya tidak perlu dipertanyakan lagi.
Sebab, keduanya sama-sama menjadi pemain yang berhasil memperkuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Firman Utina menjadi sosok gelandang hebat Timnas Indonesia pada 2001 hingga 2014 lalu.
Selain itu, pria berusia 35 tahun tersebut juga sudah mempunyai pengalaman yang banyak di dunia persepakbolaan dengan memperkuat banyak klub, di antaranya Persita Tangerang, Persija Jakarta, Sriwijaya FC, ataupun Persib Bandung.
Sementara jati diri Firman Utina itu sendiri bisa dikatakan 'hadir' pada Evan Dimas. Meskipun dirinya belum banyak memperkuat tim senior, skill apik yang ada pada dirinya menjadi pembuktian dirinya menjadi pantas disandang status pemain top.
Hal itu juga bisa dilihat dari catatannya saat membela Timnas Indonesia sejak 2010 lalu, saat dirinya membela Timnas U-17 hingga saat ini terus memperkuat Timnas U-22.