Italia Terlambat Baru Pecat Ventura, Apa Selanjutnya?
Setelah resmi memecat Ventura, nama yang santer bakal menggantikan tentu saja dua pria Italia, si pengangguran Carlo Ancelotti dan pelatih tim 'antah berantah', Roberto Mancini. Pilihan yang masuk akal dan terbilang mudah.
Namun tentu bakal ada catatan besar bagi keduanya untuk kembali membangun mental pemain Italia jelang Euro 2020 dan yang paling jadi pekerjaan rumah besar andai FIGC menjatuhkan pilihan diantara keduanya ialah kemampuan salah satunya untuk beradaptasi dengan budaya sepakbola Italia saat ini.
Italia mungkin bisa berkaca pada negara-negara Eropa lainnya yang mulai mencoba jasa pelatih non negaranya. Inggris misalnya, demi menuntaskan nafsu untuk meraih gelar Piala Dunia, Inggris sudah dua kali menggaet dua pelatih pelatih non Inggris. Yang pertama pada 2001, pria Swedia, Sven Goran Eriksson didapuk menukangi David Beckham cs saat itu. Eks pelatih Sampdoria itu cukup lama melatih Inggris yakni sampai 2006. Prestasinya? Paling bagus membawa skut Tiga Singa itu ke babak perempat final dua Piala Dunia 2002 dan 2006 serta Euro 2004.
Tentunya jika sampai FIGC sampai mengambil keputusan untuk rekrut pelatih non Italia, pertimbangan soal bagaiamana si pelatih itu sudah sangat mengenal budaya dan karakter sepakbola Italia sebagai salah satu acuan besarnya. Faktanya memang seiring pentas Serie A menjadi kiblat liga sepakbola dunia, banyak pelatih non Italia yang terbilang sukses melatih klub Serie A.
Nama seperti Ivan Juric dan Sinisa Mihajlovic layak dikedepankan. Mereka ialah dua pelatih asing yang bertahan di kerasnya pentas Serie A, meski Juric saat ini pun berstatus penganguran.
Dua pelatih asing ini sebenarnya sudah sangat mengenal budaya dan karakter sepakbola Italia, hal yang sebenarnya dilupakan oleh Ventura. Apa budaya dan karakter itu? Sederhananya bagi orang Italia, meski satu tim selama 2x45 menit bermain dengan taktik sangat bagus serta menciptakan sejumlah peluang emas namun hasil akhir kalah, mereka tetap dianggap sebagai pencundang.