Bagi tim-tim yang melakoni laga krusial seperti yang terjadi antara Peru dengan Selandia Baru, dapat dipastikan harus punya mental juang yang kuat. Pasalnya, mereka pasti akan menghadapi banyak tekanan. Terutama ketika melakoni laga away, seperti yang dilakoni Selandia Baru hari ini.
Seperti yang dirilis NZHerald, tekanan yang dialami Chris Wood dkk bahkan sudah terjadi saat mereka akan terbang menuju Lima dari Wellington, Selandia Baru. Pesawat yang akan ditumpangi skuat besutan Anthony Hudson mengalami keterlambatan.
Sesampainya di Lima, tekanan semakin besar. Seluruh rombongan Timnas Selandia Baru tertahan di Bandara Jorge Chavez selama hampir 3 jam. Pihak imigrasi Peru memeriksa dengan ketat seluruh bawaan para pemain All Whites lebih ketat dari biasanya.
Selanjutnya, entah kenapa bus yang membawa rombongan All Whites menuju hotel berjalan sangat lambat. Padahal saat itu jalanan sudah sepi karena Timnas Selandia Baru tiba di malam hari waktu setempat.
Tekanan belum selesai. Rabu (15/11/17) dini hari, area sekitar hotel JW Marriot di Kota Lima yang menjadi tempat menginap skuat All Whites mendadak riuh rendah. Sejumlah kembang api dan petasan meledak di pagi buta dan membuat para pemain All Whites terbangun.
Seperti yang diungkapkan komentator NZME, Jason Pine, melalui laman Twitter miliknya. Pine, saat itu menginap di hotel berbeda yang berjarak sekitar 300 meter dari JW Marriot. Namun, suara petasan dan kembang api di dekat hotel para pemain terdengar jelas oleh dirinya.
"Lima, 2.51 am. Terjadi ledakan yang cukup keras dari kembang api di langit tepat di atas hotel tempat All Whites menginap," demikian cuitan Pine.
Lima, 2.51am. Massive explosion of fireworks in the sky directly above the All Whites’ team hotel.
— Jason Pine (@pineyzb) November 15, 2017
Gangguan dan tekanan psikologis yang diarahkan kepada skuat All Whites semakin menjadi. Saat matahari baru muncul di ufuk timur, sekitar 12 jam sebelum pertandingan, sejumlah jet milik Angkatan Bersenjata seperti sengaja terbang rendah di atas hotel Marriot. Memberi suara gemuruh yang membuat skuat Selandia Baru merasa tidak nyaman.
Puncaknya sudah tentu saat mereka tampil di hadapan puluhan ribu penonton di Stadion Nasional Lima. Tekanan demi tekanan ini menjadi bagian yang harus dilalui Selandia Baru demi meraih tiket ke Piala Dunia, yang akhirnya memang harus terbang ke tangan tuan rumah.