Tak bisa dipungkiri di Liga 1 2017 yang telah usai, Simon McMenemy adalah salah satu pelatih terbaik. Hal itu ia dibuktikan dengan mengantarkan Bhayangkara FC menjadi kampiun kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air musim ini.
Tak hanya itu, Simon juga masuk nominasi sebagai kandidat pelatih terbaik Liga 1 bersama pelatih Bali United, Widodo Cahyono Putro dan arsitek PSM Makassar, Robert Rene Alberts.
Namun, di balik semua itu, mungkin tak banyak yang tahu kalau Simon McMenemy memiliki sisi lain sebagai pelatih yang cukup 'ganas'. Pria asal Skotlandia itu disebut sebagai seorang yang keras apalagi jika timnya dalam keadaan menelan kekalahan atau tidak konsisten mengikuti instruksi yang diberikannya.
Adalah Antonio Ishariadi seorang penerjemah bahasa bagi Simon McMenemy menjelaskan kalau di awal musim Liga 1, eks pelatih Mitra Kukar itu kerap marah-marah.
"Awal musim waktu masih naik turun di klasemen dan juga kalah, dia (Simon) kurang bagus mood-nya. Kalau dia sudah marah jangan diajak ngomong nanti temperamennya cepat naik," aku Antonio saat berbincang dengan INDOSPORT.
"Selain itu, kalau anak-anak lakukan hal lain yang di luar instruksinya langsung disemprot," sambungnya.
Akan tetapi, apa yang terjadi dengan Simon McMenemy terkait sikapnya yang temperamen adalah hal yang wajar mengingat perannya sebagai seorang pelatih sepakbola yang selalu berada dalam tekanan apalagi jika terus menelan kekalahan.
Meski kerap marah-marah dan menyemprot anak asuhnya, jerih payah Simon juga nyatanya tidak sia-sia. Ia sukses menjadikan Bhayangkara FC sebagai yang terbaik di Indonesia meski usia klub tersebut baru seumur jagung. Simon McMenemy berhasil melewati tekanan berat dari Bali United, Madura United, maupun PSM Makassar beberapa laga pekan terakhir Liga 1.