Ulang Tahun Ke-89: Awal Kebangkitan Persija Demi Kembali Rengkuh Trofi

Senin, 27 November 2017 19:36 WIB
Penulis: Yohanes Paulus Arianto Namang | Editor: Lanjar Wiratri
© Grafis:Yanto/Football265.com
Dirgahayu Persija 89 Copyright: © Grafis:Yanto/Football265.com
Dirgahayu Persija 89

Masih Pamungkaskah, Persija? Sebuah tanya untuk refleksi 89 tahun Persija Jakarta ini kiranya tepat diangkat dalam momentum yang membahagiakan baik Persija maupun The Jakmania. 

Akhir November 1928, sebuah organisasi sepakbola lahir di tanah Batavia dengan nama Voetbalbond Indonesische Jacarta (VIJ). 

Ia lahir sebagai wadah untuk menampung bakat-bakat pesepakbola handal, tak hanya di Ibukota tetapi dari seluruh pelosok negeri. 

© Internet
Supporter Persija Jakarta Copyright: InternetSupporter Persija Jakarta

Sesaat setelah Indonesia kembali ke negara kesatuan, VIJ berubah nama menjadi Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta. 

Menariknya, ada nama Indonesia dalam akrnonim Persija; itu merupakan salah satu ciri nasionalisme Macan Kemayoran. Persija lebih dari sekedar klub! Ada perjuangan untuk meraih martabat dan harga diri di sana. 

Sepakbola tak hanya sebagai ajang olah fisik, tetapi lebih daripada itu sebagai ungkapan nasionalisme dan perjuangan anak-anak negeri untuk tanah tumpah darah. Tanda dukungan Persija Jakarta untuk Indonesia yang satu dan berdaulat. 

Tanggal 28 November nanti, Persija genap 89 tahun. Rentang usia yang tak muda lagi, namun tak berarti terlalu tua untuk meraih juara. 

Usia yang tua menjadi penanda bahwa Persija sarat akan pengalaman dan catatan sejarah besar dari masa ke masa. 

Persija punya masa lalu yang gemilang; sejak berdirinya Persija telah 9 kali menjuarai Piala Perserikatan (31, 33, 34, 38, 54, 65, 73, 75, 79, dan terakhir tahun 90). 

Ketika format Piala Perserikatan diubah menjadi Liga Indonesia, Persija hanya sekali merasakan gelar juara Liga Indonesia yakni tahun 2001. 

© Eli Suhaeli/INDOSPORT
Logo Persija Jakarta. Copyright: Eli Suhaeli/INDOSPORT Persija Jakarta.

16 tahun sudah Persija Jakarta puasa gelar, bertanding seperti tanpa orientasi juara. Persija kini bermain "ngasal", seperti melupakan sejarah besar sekaligus tak punya harapan untuk juara. Persija menjadi tim medioker saat ini: mereka berjaya di masa lalu tapi nyaris tak punya mimpi untuk masa depan. 

"Lo itu Juara Indonesia 10 kali tanpa degradasi, cuma lo doang yang bisa kayak gitu. Ga ada tim lain yang bisa kayak lo", tulis Rizki Darmawan, seorang Jakmania di kolom Sepakbola Jakarta.

"Tapi, terakhir kali lo juara itu 16 tahun yang lalu. Banyak yang udah kita korbanin untuk memberikan dukungan buat lo", demikian curahan hati Rizki Darmawan menanggapi Persija yang mulai kehilangan taring.

Kehilangan taring? Bisa jadi! Mengingat usia sang Macan yang sudah tak muda lagi. Persija kini seperti tak punya kekuatan untuk berontak melawan zaman selain menerima nasib: tua dan sekarat. 

Di ulang tahun yang ke-89 ini, sudah selayaknya Persija melihat sejarah besarnya di masa lalu, sebagai Macannya Indonesia. Masa lalu yang gemilang menjadi refleksi dan motivasi menuju kegemilangan di masa depan. 

Persija memang tak mampu meraih gelar juara Liga 1 musim ini dan hanya mampu finis di peringkat 4 klasemen akhir, Namun sejaka obyektif, capaian itu menjadi prestasi tersendiri mengingat Macan Kemayoran sempat terseok-seok di awal musim kompetisi.

Jadi semoga Persija mampu kembali merengkuh trofi kompetisi kasta tertinggi di Indonesia musim depan.

Dirgahayu Macan Kemayoran!

707