Liga Indonesia

3 Pelajaran Berharga Pasca Pengakuan FIFA Terkait Tampilnya Indonesia di Piala Dunia

Senin, 29 Januari 2018 18:25 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Ivan Reinhard Manurung
 Copyright:
Mengajarkan Keberagaman

Timnas Indonesia atau tepatnya Hindia Belanda pada tahun 1938 selain mengajarkan mengenai kerja keras tetapi juga soal keberagaman di Indonesia. Jika diperhatikan secara detail, pemain yang dibawa ke kualifikasi Piala Dunia saat itu berasal dari berbagai kalangan seperti suku Jawa, Maluku, Tionghoa, dan Indo-Belanda.

Mereka adalah Mo Heng Tan (HCTNH Malang), Jack Samuels (Hercules Batavia) di posisi penjaga gawang, kemudian ada  Frans G. Hu Kon (Sparta Bandung), Dorst, J. Harting Houdt Braaf Stand (HBS Soerabaja), Teilherber (Djocoja Djogjakarta) sebagai pemain belakang. 

Selanjutnya ada  Frans Alfred Meeng (SVBB Batavia), Achmad Nawir (HBS Soerabaja), Anwar Sutan (VIOS Batavia),  G.H.V.L. Faulhaber (Djocoja Djogjakarta), G. Van den Burgh (SVV Semarang) di posisi tengah serta di lini depan dihuni oleh nama-nama seperti Suvarte Soedarmadji (HBS Soerabaja), Tan Hong Djien (Tiong Hoa Soerabaja), Tan See Han (HBS Soerabaja), Herman Zomers (Hercules Batavia), Isaac 'Tjaak' Pattiwael (VV Jong Ambon Tjimahi), M.J. Hans Taihuttu (VV Jong Ambon Tjimahi), R. Telwe (HBS Soerabaja).

Keberagaman tersebut juga seharusnya tidak hanya berlaku di Timnas Indonesia, namun diharapkan merambah ke luar lapangan terutama pada ranah suporter. Pasalnya pada kompetisi sepakbola Tanah Air kerap terjadi kekacauan yang bahkan berujung kematian akibat perbedaan ideologi dari setiap pendukung klub.

Memasuki musim baru Liga Indonesia, seharusnya segala kekacauan antar suporter bisa dihindari dan mulai dihilangkan jika ingin Indonesia lebih banyak dilirik dunia.

1.4K