Menjadi pemain di era 1930-an tentu tidak semudah di era milenium kedua ini. Dahulu, untuk melakukan perjalanan antarbenua, lebih banyak dilakukan dengan menggunakan kapal laut. Waktu tempuhnya? Bisa sampai satu bulan lamanya dari Asia ke Eropa.
Itulah yang dilakoni skuat Indonesia saat akan menjalani pertandingan pertama dan satu-satunya di Piala Dunia 1938. Javapost menyebutkan rombongan Indonesia dipimpin oleh pelatih Johannes Ch. J. Mastenbroek, tim leader RE Weiss, sekretaris Mrs Meyer, dan tour leader sekaligus wakil NIVU, F. van Bommel.
Seluruh rombongan menggunakan kapal laut 'Baloeran' pada 27 April 1938 dengan tujuan Genoa, Italia, dari Tanjoeng Prioek. Dari Genoa, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kereta api menuju Roosendaal, Belanda. Dalam perjalanan menuju Genoa, para pemain tetap berusaha menjaga kebugaran dan kerja sama dengan berlatih di atas geladak kapal.
Rombongan kemudian menginap selama satu bulan di Hotel Duinoord, Wassenaar. Para pemain Indonesia cukup nyaman tinggal di sana. Pasalnya, pihak pengelola hotel selalu menyajikan nasi dan sambal dalam menu yang disajikan.
Dalam masa persiapan tersebut, Indonesia sempat melakukan uji coba. Di antanya melawan HBS Den Haag (2-2) dan Haarlem (5-3). Rombongan pun akhirnya meluncur menuju Prancis pada 1 Juni 1938.
Hari besar pun tiba. Pada Minggu, 6 Juni 1938, untuk pertama kalinya ada negara Asia yang tampil di Piala Dunia. Pertandingan yang berlangsung di Velodrome Municipale kota Reims disaksikan oleh 9.000 penonton berdasarkan catatan FIFA. Hasilnya sudah diketahui, Indonesia digulung Hungaria dengan skor telak, 0-6.
Usai pertandingan melawan Hungaria, rombongan tidak langsung kembali ke Tanah Air. Mereka masih tinggal di Prancis sekitar satu minggu untuk kemudian kembali ke Hotel Duinoord, Belanda. Di sana mereka sempat mengunjungi klub sepakbola tertua di Belanda, Utile Dulci Deventer.
Tak hanya itu, tim Indonesia pun sempat melakukan laga persahabatan melawan Timnas Belanda pada 26 Juni 1938. Laga yang berlangsung di Stadion Olimpiade Amsterdam itu disaksikan oleh 50.000 penonton yang memadati stadion.
Hasilnya? Tak jauh dari hasil yang diraih saat melawan Hungaria, Indonesia digulung Belanda dengan skor 2-9. Dua gol Indonesia dicetak oleh dua pemain asal Maluku, Hans Taihuttu dan Isaac Pattiwael.
Meski kalah, skuat Indonesia justru disambut dengan riuhan tepuk tangan puluhan ribu penonton yang memadati stadion. Hal itu tak lepas dari sikap bersahabat para pemain Indonesia yang sebelum dan sesudah pertandingan memberi hormat kepada penonton.
Setelah sempat melakukan satu laga persahabatan lagi, hasilnya kalah juga, rombongan akhirnya pulang ke Tanah Air pada 1 Juli 1938. Dengan estimasi perjalanan 3-4 pekan, Achmad Nawir dan kawan-kawan akhirnya menyelesaikan perjalanan tiga bulan mereka. Meninggalkan keluarganya demi nama harum bangsa.