Presiden Napoli Aurelio de Laurentiis menyebutkan bahwa Juventus diuntungkan karena dimiliki oleh "keluarga paling kuat di Italia". Pria berusia 68 tahun ini mengungkapkan hal tersebut kepada media Italia La Gazzetta dello Sport.
Saat ini Napoli dan Juventus tengah berada di dalam persaingan untuk perebutan scudetto, hanya terpisah satu poin.
"Kami adalah satu-satunya klub di Serie A Italia yang tidak memiliki hutang ke bank. Kami telah tumbuh begitu jauh sejak saya mengambil alih klub sebagai secarik kertas tribunal kebangkrutan. Hari ini, pendapatan Napoli berjumlah sepertiga pendapatan Juventus, tapi akun kami berada dalam susunan yang lebih baik dibanding mereka."
"Juventus, bagaimanapun, dimiliki keluarga paling berkuasa di Italia, dan keluarga Agnelli telah berada di posisi tersebut selama 100 tahun. Ini bukan masalah uang, tapi koneksi yang mampu mengimbangi kondisi dan situasi secara diam-diam."
"Contohnya, dengan Sportfive mereka diberikan dua pertiga [kepemilikan] Juventus Stadium. Saya butuh tujuh tahun untuk mengurus finansial yang saya berikan kepada dewan lokal, jika tidak, saya tidak akan bisa bermain di Stadion San Paolo."
De Laurentiis juga tidak merasa bahwa pertemuan kedua tim di Turin akan menjadi pertandingan yang menentukan hasil akhir perebutan titel juara.
"Saya rasa tidak. Yang akan lebih menentukan adalah cedera dan kesalahan wasit, bahkan saat menggunakan VAR [Video Assistant Referee], yang saya pikir sebagai perkembangan baru yang menakjubkan dan bakal menciptakan rasa tegang, tapi kerendahan hati dibutuhkan untuk membuatnya lebih baik.
"Harus ada suatu badan yang lebih berkuasa yang menilai setiap insiden selama satu minggu untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan. Saya secara pribadi menyukai wasit-wasit yang mempunyai keberanian untuk berlari dan melihat tayangan ulang setiap kali mereka ragu. Lebih baik seperti itu dibandingkan mengabaikan pilihan."
Saat ditanyai apakah ia takut akan Juventus, De Laurentiis dengan tegas menjawab, "Saya tidak takut pada siapapun. Saya merekam sebuah film di Republik Kongo atau Nigeria, di mana nyawa orang-orang menjadi taruhan. Apa yang dapat menakuti saya di dunia sepak bola?"