Cerita tentang lawan Persija Jakarta, Tampines Rovers yang menelan kekalahan 1-4 dari Macan Kemayoran di Grup H Piala AFC, Rabu (28/02/18) di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta sepertinya belum usai. Kali ini sebuah kisah datang dari kapten Tampines, Fahrudin Mustafic.
Pemain naturalisasi Singapura tersebut membagikan cerita mengenai perjalanan kariernya di sepakbola terutama di Indonesia sekitar periode 2009-2011 lalu. Menurut Musatific kompetisi sepakbola Tanah Air meninggalkan kenangan yang indah terutama soal kegilaan masyarakat dengan olahraga si kulit bundar. Sepakbola disebut seolah menjadi urat nadi rakyat Indonesia.
"Sepakbola disana itu fantastis. Ada kerumunan 20.000-30.000 untuk setiap pertandingan, orang-orang, keuangan klub, semuanya hebat. Anda benar-benar merasa seperti pemain profesional karena orang-orang di sana sangat menghargai pekerjaan Anda. Saya sungguh sangat menikmati diri saya saat bermain di ISL," ucapnya dikutip dari Junpiterfutbol.com.
Sayangnya, Mustafic menjelaskan jika ia harus meninggalkan Indonesia karena tidak bisa terlalu lama meninggalkan keluarganya. Apalagi ketika itu sang istri hendak melahirkan anak keduanya, sehingga pria asal Serbia itu memutuskan mundur dari Persela Lamongan.
"Masalah utamanya adalah keluargaku. Istri saya hendak melahirkan bayi kedua saya dan saya tidak bisa meninggalkan waktu berkualitas dengannya, karena saya terus bepergian," tuturnya.
"Perjalanan untuk laga kandang cukup jauh dan memang membosankan karena pola jadwal mereka bermain 2 game di kandang sendiri dan 2 laga tandang. Untuk jadwal seperti itu, saya bisa dengan mudah menjauh dari keluarga saya selama berminggu-minggu. Saya hanya melakukan perjalanan dan bermain," tambahnya.
Meski demikian, Mustafic memang tidak bisa menyembunyikan kekagumannya soal sepakbola Indonesia. Baginya seorang pemain di Indonesia sangat berdedikasi, dihargai dengan bayaran yang tinggi bahkan lebih dari seorang dokter ketika itu.
"Ya, mereka (klub) benar-benar membayar dengan baik. Mereka memiliki bonus bagus, dan keadaan finansial itu membuat saya sangat senang," jelasnya.
"Memang benar, lihat pemain top mereka di Indonesia, mereka semua berasal dari desa miskin. Banyak pemain ini benar-benar menghargai uang yang mereka hasilkan. Beberapa dari mereka berpenghasilan lebih dari sekedar dokter di Indonesia! Jadi para pemain Indonesia ini benar-benar berjuang keras untuk menang. Mereka percaya jika besok mereka tidak tampil bagus di lapangan, mereka tidak punya pekerjaan," imbuhnya.
"Dan juga, pasar sepakbola di sana yang besar tidak seperti Singapura, hari ini (tahun 2012 lalu). Tidak seperti di Singapura, jika hari ini Anda tidak bermain untuk klub S-League ini karena menerima beberapa ratus dolar lebih rendah, anda mungkin masih bisa bergabung dengan klub S-League lainnya. Yang terpenting, Anda tetap mendapat bayaran," tegasnya.
Menurut pemain 36 tahun itu, penonton, pemain dan semua yang terlibat di sepakbola di Indonesia sangat menghargai sebuah kemenangan. Arti sebuah kemenangan bagi klub dan penggemarnya tidak sekedar raihan tiga poin tetapi jauh lebih besar dari semua itu. Singkatnya sepakbola Indonesia sangat bergairah.
"Liga mereka lebih keras secara fisik dari pada kita (Singapura). Saat Anda bermain tandang, Anda tidak akan pernah memiliki permainan yang mudah. Anda benar-benar merasa bahwa Anda sedang bermain di tempat yang jauh. Ada 'kebanggaan' di mana setiap pemain ingin menang! Dibanding S-League, ada lebih banyak 'nilai' dalam kemenangan di sana, di Indonesia," tutupnya.
- Meski Dibobol 4 Gol, Kiper Tampines Rovers Sempat 'Bikin Malu' Marko Simic
- Jakmania Buat Tampines Rovers Bangga, Kenapa?
- Pelatih Tampines Sebut Pemain Persija Ini Porak-porandakan Lini Belakang Timnya
- Dipermalukan Persija, Pelatih Tampines Klaim Harusnya Dapat Penalti
- Persija atau Bali United yang Lebih Superior, Ini Jawaban Pelatih Tampines Rovers
- Selain Simic dan Riko Simanjuntak, Pemain Persija Ini Buat Tampines Rovers Merana di GBK
Sebagai innformasi, Fahrudin Mustafic berada di Indonesia dalam kurun waktu 2009 hingga 2011 lalu. Ketika pertama kali datang, ia memilih bergabung dengan Persija Jakarta, bermain bersama sejumlah bintang Macan Kemayoran seperti Bambang Pamungkas hingga Ismed Sofyan. Setelahnya, ia memutuskan berseragam Persela Lamongan pada musim 2010/2011.