In-depth

Chelsea vs Liverpool: Duel Taktik Revolusioner Sarrismo vs Gegenpressing

Jumat, 28 September 2018 15:45 WIB
Penulis: Coro Mountana | Editor: Yohanes Ishak
© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Logo Liverpool. Copyright: © Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Logo Liverpool.
Revolusi yang Terjadi di Liverpool

Sebelum Jurgen Klopp menduduki kursi kepelatihan The Kops, Liverpool telah memiliki sejumlah pelatih yang bisa dikatakan gagal karena belum berhasil mengangkat peforma Liverpool secara signifikan. Sejak Rafael Benitez dipecat, Liverpool telah memiliki 3 manajer yang duduk di kursi panas itu.

Dimulai Roy Hodgson hingga Brendan Rodgers, tidak ada yang bisa dikatakan sukses. Hanya Kenny Dalglish yang meraih gelar juara di Piala Liga tapi dengan gaya permainan yang sangat kuno yaitu kick n' rush.

© internet
Caption Copyright: internetBrendan Rodgers saat melatih Liverpool.

Brendan Rodgers adalah pelatih yang berpedoman pada penguasaan bola yang tinggi. Sayangnya, gaya permainan ini dianggap membosankan karena terlalu bertele-tele dan tidak langsung menyerang ke pertahanan lawan. Hingga saat dirinya dilengserkan, Rodgers tak mampu mempersembahkan satu gelarpun bagi Liverpudlian.

Gegenpressing ala Klopp

© INDOSPORT
Jurgen Klopp, pelatih Liverpool. Copyright: INDOSPORTJurgen Klopp, pelatih Liverpool.

Mantan pelatih Borussia Dortmund datang ke Anfield dengan filosofi permainan Gegenpressing yang terbukti sukses besar di Jerman. Gegenpressing, jika diartikan ke dalam frasa Inggris, menjadi Counter-pressing merupakan gaya permainan menyerang yang diyakini Klopp mampu memutus puasa gelar liga sejak 1989/1990.

Pada hakikatnya, gegenpressing merupakan permainan yang menghambat serangan balik lawan. Ketika kehingalan bola, Liverpool layaknya bermain dengan 10 pemain bertahan yang harus aktif merebut bola. Klopp meyakini transisi suatu tim dari bertahan ke menyerang maupun sebaliknya merupakan celah yang bisa dimanfaatkan.

Jika Liverpool berhasil merebut bola di daerah lini pertahanan, akan membuat serangan yang dibangun menjadi sangat berbahaya karena defence tim lawan belum siap untuk melakukan transisi ke bertahan.

Pada pertandingan melawan Paris Saint-Germain, ketika Thiago Silva memegang bola, para pemain Liverpool sudah siap diposisinya untuk menekan dan memotong jalur umpan Silva.

Daniel Sturridge bertugas dalam menekan duet bek tengah Paris Saint-Germain. Sedangkan, Sadio Mane dan Mohamed Salah bersiap memotong jalur operan ke 2 bek sayap. Para gelandang Lliverpool seperti James Milner dan Georginio Wijnaldum juga fokus mengawal Adrien Rabiot dan Di Maria.

© Getty Images/ulian Finney
Daniel Sturridge berselebrasi usai mencetak gol. Copyright: Getty Images/ulian FinneyDaniel Sturridge berselebrasi usai mencetak gol ke gawang PSG.

Pada intinya 5 pemain Liverpool bertugas untuk mengawal ketat 7 pemain PSG yang membuat Neymar dan kawan-kawan sulit untuk mengembangkan permainan.  Anak-anak Thomas Tuchel terpaksa lebih banyak melakukan backpass ke kiper untuk menetralisir permainan kejar-kejaran setan yang diusung Klopp.

Serangan Liverpool akan menjadi sangat berbahaya jika mampu mendapatkan bola di daerah pertahanan lawan. Kecepatan dan operan yang presisi ketika mampu merebut bola adalah inti dari gegenpressing.

Revolusi permainan penguasaan bola yang bertele-tele dari Rodgers diubah menjadi serangan balik yang sangat heavy metal ala Klopp. Satu lagi perubahan besar ada di mental pemain yang sanggup mengejar ketertinggalan gol dari lawan.

45