INDOSPORT.com - Sepak bola Indonesia hingga kini masih terus digentayangi oleh hantu-hantu match fixing. Bak pemburu hantu, Satgas Anti Mafia Sepak Bola menangkap satu per satu para pelaku yang terlibat.
Menangkap wayang-wayang yang terlibat di dalam praktik match fixing bisa menjadi jalan pihak berwajib menuju dalang mereka. Namun, hal tersebut tak lantas membuat sepak bola Indonesia bersih begitu saja.
Ibarat kiasan mati satu tumbuh seribu, mafia sepak bola akan terus bermunculan, melihat banyaknya kesempatan untuk mendulang emas lewat olah raga yang seharusnya menjadi pemersatu bangsa tersebut.
Untuk pencegahan yang lebih luas lahirnya mafia-mafia baru, tentunya Indonesia mesti pula belajar memahami bagaimana cara berpikir mereka dalam melakukan praktik pengaturan pertandingan.
Luciano Moggi menjadi sosok yang tepat untuk membantu Indonesia memahami otak mafia pengatur pertandingan. Tapi kenapa Moggi? Karena sejujurnya, sosok Vigit Waluyo belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sosok berusia 81 tahun tersebut.
Mari ikut INDOSPORT.com menelusuri intrik Moggi, 'legenda' pengatur pertandingan yang mengantarkan tragedi terburuk serta aib memalukan dalam sejarah sepak bola Italia, Calciopoli.