Bisnis Jual Pemain Bintang Muda ala Ajax Amsterdam
Sama seperti para pemain legendaris produk Ajax lainnya, suatu hari Matthijs de Ligt dan Frenkie de Jong pun akan dijual dari Ajax Amsterdam. Bahkan, Frankie saat ini sudah mencapai kesepakatan senilai Rp1,2 tirliun untuk pindah ke Barcelona di akhir musim 2019 nanti.
Ajax sedari dulu sudah memiliki kepercayaan diri dalam menjual bintang-bintang mudanya.
Ajax percaya akademi mereka selalu dapat menghasilkan pemain hebat lainnya yang siap menggantikan De Ligt maupun De Jong.
Ketika kehilangan bintang muda seperti De Jong sebuah bencana bagi kebanyakan klub Eropa, tapi hal itu tak berlaku bagi Ajax. Faktanya, seperti itulah model bisnis yang mereka jalankan.
Mengembangkan pemain bintang dan menjual mereka untuk kembali mencari lebih banyak pemain dengan biaya hasil penjualan.
Proses ini terus menerus terulang selama puluhan tahun mulai dari Johan Cruyff sampai Frenkie de Jong.
Ajax tentunya telah banyak mendapatkan uang dari penjualan pemain binaan akademinya sendiri. Misalnya, Dennis Bergkamp yang bergabung dengan Ajax saat usianya 12 tahun dan hijrah ke Inter tahun 1993 di usia 24 tahun dengan nilai tranfer 7,5 juta euro, Sebuah angka yang besar pada masanya,
Kemudian ada Wesley Sneijder yang dilatih Akademi Ajax pada usia 7 tahun, tetapi pada usia 23 tahun dibeli Real Madrid dengan nilai 27 juta euro (sekitar Rp 371,6 miliar).
Teranyar, Ajax mendapatkan dana sangat besar dari penjualan Frenkie de Jong ke Barcelona. Tak kurang uang sebanyak 75 juta euro (Rp1,2 triliun) mengalir ke kas Ajax Amsterdam. Frenkie menjadi pemain Belanda termahal sepanjang sejarah.
Hasil pendapatan Ajax tentunya menjadi keuntungan untuk menghidupi tim selain juga dana segar dari sponsor, hak siar, dan juga penjualan merchandise resmi kesebelasan. Maka tak heran jika Ajax menjadi salah satu tim dengan keuangan tersehat di Eropa dan memiliki stadion termegah di Belanda.
Walau akhir-akhir ini jarang tampil di Liga Champions serta tak memiliki megabintang selevel Suarez, Messi, atau Salah, Ajax tetaplah tim paling kaya di Belanda dan bisa bersaing dengan klub-klub Prancis atau Serie A.
Hebatnya lagi, tim senior Ajax saat ini juga mayoritas dihuni pemain-pemain dari akademinya sendiri. Itulah alasan mengapa usia rata-rata skuat Ajax saat ini 23,7 tahun. Sebuah hal yang bahkan Barcelona tak bisa samai.
"Seperti yang pernah diucapkan Johan Cruyff, bukan tim yang membuat debut, ini adalah soal seorang pemain, seorang indiviual," ujar kepala pencari bakat muda Ajax, Casimir Westerveld, dikutip dari artikel ESPN, 23 Januari 2019.
Ajax berambisi mengembangkan bakat tiap pemainnya sehingga pemain di akademinya tersebut memiliki modal kuat untuk tembus ke tim utama.
"Kami menggunakan tim (akademi) kami bukan untuk menang, tetapi untuk mengembangkan sebanyak mungkin bakat tiap pemain," ujar Westerveld.
Filosifi yang dipegang Ajax dalam mengembangkan pemain muda tentunya membuat gerah sebagian suporter.
Maklum, selama beberapa dekade terakhir, Ajax selalu tersisih dalam persaingan klub-klub di Eropa. Mereka terus kehilangan para pemain bintang di saat mereka tengah dibutuhkan.
Makin kesini, bintang-bintang muda Ajax lebih cepat pergi sebelum memberikan banyak trofi bagi klub.
Namun, seperti itulah Ajax Amsterdam. Mungkin, sebagai sudut pandang alternatif, kita bisa memahami kutipan sang legenda sekaligus petinggi Ajax saat ini. Edwin Van der Sar.
"Namun di satu titik kami juga harus mempertimbangkan perkembangan pemain. Saya pernah mengalaminya sendiri, ketika seorang pemain merasa siap, ia ingin bermain melawan pemain-pemain terbaik dunia. Namun sayang pemain-pemain seperti itu tidak bermain di Belanda."
Ikuti Terus Berita Sepak Bola Internasional dan Olahraga Lainnya di FOOTBALL265.COM