Membedah Kesuksesan Bhayangkara FC, Perusak Dominasi Klub Besar Liga Indonesia
Pada musim 2017 lalu, Bhayangkara berhasil menjadi juara setelah bersaing ketat dengan Bali United. Kendati memiliki poin akhir yang sama yakni 68, The Guardian diputuskan sebagai kampiun karena unggul selisih head to head.
Namun, juaranya Bhayangkara diiringi kontroversi setelah tim asuhan Simon McMenemy (pelatih saat itu) diberikan tambahan poin saat melawan Mitra Kukar di akhir kompetisi.
Sebelumnya Mitra Kukar dan Bhayangkara hanya bermain imbang 1-1, namun operator kompetisi, PT liga Indonesia Baru memberikan sanksi ke Mitra Kukar karena memainkan Mohamed Sissoko yang harusnya absen karena sedang menjalani hukuman.
"Saya jujur, pada 2017 saya tidak menginginkan itu semua. Jika diperhatikan kita masih ada dua laga waktu itu, kita dinyatakan menang lawan Mitra karena mereka memainkan Sissoko," kata manajer Bhayangkara, Sumardji.
"Saat itu kita masih ada dua laga yakni lawan Madura United (akhirnya menang) dan lawan Persija Jakarta kita kalah. Poin akhirnya sama tapi kita dinyatakan unggul, makanya ini kenapa dipermasalahkan," sambungnya.
Sumardji menekankan jika Bhayangkara sejatinya tidak punya target harus secepatnya juara. Hal yang diinginkan manajemen adalah membangun sepak bola nasional yang berujung pada Timnas Indonesia.
"Kita sama sekali tidak berharap juara, kita hanya ingin bersaing, menunjukan kualitas dan bermain bagus karena tidak punya penonton. Soal juara atau tidak, itu tidak masalah," jelasnya. "Kita sekarang mulai coba membangun klub dan suporter tapi mengutamakan kualitas," urai Sumardji.
Ikuti terus Berita Sepak Bola Indonesia dan Berita Olahraga lainnya di FOOTBALL265.COM